Presiden AS Joe Biden. (EPA)
Medcom • 4 June 2024 13:52
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendorong kesepakatan dari proposal tiga fase yang bertujuan mengakhiri peperangan antara Israel dan kelompok pejuang Palestina Hamas di Jalur Gaza.
"Kami mengupayakan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera yang memungkinkan Amerika Serikat dan mitra kami untuk memulai pekerjaan membangun kembali rumah, sekolah, dan rumah sakit di Gaza demi membantu memperbaiki komunitas yang hancur akibat kekacauan perang," kata Biden di media sosial X, dikutip dari Anadolu Agency, Selasa, 4 Juni 2024
"Kesepakatan harus tercapai," tambahnya.
Sebelumnya, Biden telah mengonfirmasi kesiapan Israel untuk bergerak maju dengan proposal gencatan senjata dalam pembicaraan teleponnya dengan Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani.
"Selama percakapan mereka, Biden mengonfirmasi bahwa gencatan senjata komprehensif dan kesepakatan pembebasan sandera yang kini dibahas menawarkan peta jalan konkret untuk mengakhiri krisis di Gaza," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan resmi.
Seperti yang disampaikan Jumat lalu, proposal Biden meliputi perjanjian tiga fase yang meliputi gencatan senjata, penarikan pasukan, pembebasan sandera, dan rekonstruksi Gaza.
Fase pertama akan dimulai dengan gencatan senjata selama enam minggu. Putaran pertama sandera yang ditahan di Gaza akan dibebaskan, termasuk perempuan, orang lanjut usia, dan yang terluka dengan imbalan pembebasan sejumlah tahanan Palestina. Pasukan Israel juga akan mundur dari wilayah padat penduduk di Gaza.
Selain itu, beberapa sandera yang tewas selama perang akan dipulangkan ke Israel, dan warga sipil Palestina akan diizinkan kembali ke rumah dan lingkungan mereka di seluruh Gaza, termasuk bagian utara.
Dalam proposal Biden, pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza juga akan meningkat secara dramatis hingga mencapai 600 truk per hari.
Para perunding akan berupaya mengatasi permasalahan yang belum terselesaikan selama enam minggu di fase pertama, termasuk rasio tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai imbalan pembebasan sandera Israel.
Proposal tersebut mencakup penyusunan kalimat yang memungkinkan gencatan senjata diperpanjang sebelum tahap kedua bisa dimulai.
Rasio pertukaran tahanan merupakan isu penting di fase kedua. Semua sandera yang masih hidup akan dibebaskan, termasuk semua personel militer laki-laki Israel. Di sisi lain, pasukan Israel juga akan mundur sepenuhnya dari Gaza.
Fase terakhir mencakup dimulainya rekonstruksi Gaza yang diperkirakan memakan waktu hingga lima tahun dan pengembalian sandera tambahan yang masih ditahan di Gaza.
Sebelumnya, Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Gaza menyusul serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023 oleh Hamas. Serangan tersebut berlanjut meski ada resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menuntut gencatan senjata segera.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 36.400 warga Palestina telah terbunuh di oleh serangan Israel -- sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak -- dan lebih dari 82.600 lainnya terluka.
Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Sementara itu, Israel juga dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ). Dalam keputusan terbarunya, ICJ memerintahkan Israel segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang. (Theresia Vania Somawidjaja)
Baca juga: G7 Desak Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza