Indeks Ketahanan Energi Indonesia Belum Ideal

Ilustrasi PLTA. Foto: MI

Indeks Ketahanan Energi Indonesia Belum Ideal

Annisa Ayu Artanti • 20 January 2024 17:17

Jakarta: Dewan Energi Nasional (DEN) mencatat indeks ketahanan energi Indonesia saat ini berada dalam kategori tahan (skor 6-7,99).
 
Hal ini dapat dilihat dari indeks ketahanan energi RI dengan capaian skor 6,64. Berbagai upaya akan terus dilakukan untuk mencapai indeks ketahanan energi yang ideal dengan skor 7 bahkan 10.
 
"Kita sudah bisa menyelesaikan perhitungannya di angka 6,64. Alhamdulillah kategori tahan," kata Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto dikutip dari laman Kementerian ESDM, Sabtu, 20 Januari 2024.
 
Djoko menambahkan, dalam mengukur indeks ketahanan energi, para pakar energi menggunakan empat aspek yakni, availability, accessibility, affordability, dan acceptability.
 
"Kita belum di angka 7, baru 6. Jadi kita baru masuk tahan, belum sangat tahan. Katerogi tahan juga permulaan karena di PP 79 ada empat variabel untuk hitung angka indeks ini berdasarkan hierarki proses dari beberapa kuesioner dari para ahli. Karena kita masih ada impor tiga jenis, jadi ada aspek availabilityaccessibility, affordability, dan acceptability," jelas Djoko.
 

Baca juga: 

Cawapres Didesak Miliki Gagasan Konkret Kebijakan Transisi Energi

 
Lebih lanjut Djoko menjelaskan terkait affordability, Indonesia masih memberikan harga subsidi baik batubara untuk PT PLN (Persero), elpiji, serta bensin masih pemerintah yang menetapkan harga.
 
"Kalau sudah tidak impor kemudian seluruh infrastruktur terbangun, harga sudah tidak subsidi kita bisa affordable," ucap dia.
 
Terakhir EBT 2023 mencapai angka 13,09 persen.
 
"Target kita 23 persen. Kalau EBT sesuai target, kalau affordable, tidak ada subsidi dan infrastruktur terbangun dan tidak impor, maka bisa angka 10 untuk indeks ketahanan energi kita," ujar dia.

Pengukuran ketahanan energi 

Pengukuran ketahanan energi sendiri selain menggunakan aspek 4A (availabilityaffordability, accessibility, dan acceptability) tadi juga menggunakan metode pembobotan menggunakan AHP (analysis hierarchy process).
 
Aspek availability adalah ketersediaan sumber energi dan energi baik dari domestik maupun luar negeri.
 
Selanjutnya, aspek affordability yaitu keterjangkauan biaya investasi energi, mulai dari biaya eksplorasi, produksi dan distribusi, hingga keterjangkauan konsumen terhadap harga energi.
 
Kemudian aspek accessibility adalah kemampuan untuk mengakses sumber energi, infrastruktur jaringan energi, termasuk tantangan geografis dan geopolitik.
 
Sedangkan aspek acceptability adalah penggunaan energi yang peduli lingkungan (darat, laut dan udara) termasuk penerimaan masyarakat.
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)