Ilustrasi Rice Cooker. Foto: Shutterstock
Media Indonesia • 11 October 2023 11:13
Yogyakarta: Dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Dr Krisdyatmiko mengatakan kebijakan pembagian rice cooker tidak tepat.
Jika melihat guncangan dan kerentanan sosial saat ini, masalah yang dihadapi adalah kekeringan. Kekeringan membuat kesulitan dalam pemenuhan air dan dampak yang ditimbulkan berikutnya adalah kesulitan pangan.
Argumen pemerintah yang menyebut kebijakan pembagian penanak nasi (rice cooker) sebagai bansos tidak tepat. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, perlindungan sosial melalui bansos dimaknai sebagai semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial.
"Saat ini yang perlu kita kaji adalah apa dampak kemarau yang berkepanjangan kepada masyarakat dan bagaimana kerentanan yang mereka hadapi, itu yang kita support," kata dia, Rabu, 11 Oktober 2023.
Krisdyatmiko menilai, bantuan yang diberikan sebaiknya air dan yang berkaitan dengan pangan, bukan bantuan rice cooker.
"Jadi jangan tentang alat memasaknya tetapi apa yang dimasak oleh masyarakat," lanjut dia.
Ia menambahkan, keluarga di Indonesia sudah banyak menggunakan alat penanak nasi tersebut sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan pemborosan. Oknum-oknum tertentu bisa saja menjual kembali barang tersebut.
Ia mengatakan, pemerintah perlu mengkaji masyarakat yang paling terdampak dalam kekeringan ini. Pemerintah memberikan dukungan dalam jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan pangan, bukan alat untuk memasak.
"Pada jangka menengah dan jangka panjang adalah bagaimana mengatasi ke depan nya agar masyarakat tersebut menjadi tidak terdampak. Dalam artian, mereka bisa mandiri, berdaya, dan memanfaatkan potensi lokal sebagai basis penghidupan mereka," tutup dia.