Ilustrasi dana asing dalam bentuk dolar AS - - Foto: Depositphotos.
Husen Miftahudin • 26 April 2025 11:22
Jakarta: Bank Indonesia (BI) mencatat dana-dana asing membanjiri pasar keuangan domestik selama sepekan ini, setelah berminggu-minggu terus kehilangan modal asing.
Meredanya ketegangan perang tarif bea masuk (impor) yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok menjadi musababnya. Kondisi ini membuat pasar keuangan Indonesia mulai alami pemulihan.
Berdasarkan data transaksi pada 21-24 April 2025, dana dari investor asing (nonresiden) tercatat beli neto (inflow) sebanyak Rp2,36 triliun.
Masuknya dana asing ke pasar keuangan domestik pada minggu ini utamanya terjadi di pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang 'meluber' hingga Rp11,13 triliun.
Sayangnya pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan saham tak mendukung. Duit-duit 'bule' di kedua instrumen itu malah minggat (jual neto/outflow), masing-masing sebesar Rp7,44 triliun dan Rp1,33 triliun.
"Selama 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 24 April 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp48,79 triliun di pasar saham, beli neto Rp18,50 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp12,64 triliun di SRBI," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, dikutip dari rilis Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah, Sabtu, 26 April 2025.
Adapun premi risiko atau Credit Default Swap (CDS) Indonesia lima tahun turun ke level 98,96 basis poin (bps) per 24 April 2025 dari 104,87 bps per 18 April 2025. CDS merupakan indikator untuk mengetahui risiko berinvestasi di SBN.
Semakin besar skor CDS, maka risiko berinvestasi di SBN juga semakin tinggi. Sebaliknya jika skor semakin kecil, maka risiko investasinya juga semakin rendah.
Baca juga: Rupiah Sukses 'Gebuk' Dolar Hari Ini |