Israel Serang Gereja Katolik Gaza, Tiga Orang Dilaporkan Tewas

Israel tetap serang gereja yang menampung warga Gaza. Foto: Anadolu

Israel Serang Gereja Katolik Gaza, Tiga Orang Dilaporkan Tewas

Fajar Nugraha • 18 July 2025 05:55

Gaza: Setidaknya tiga orang tewas dan 10 lainnya luka-luka, termasuk seorang pastor, dalam serangan Israel terhadap gereja tersebut.

Pasukan Israel telah mengebom satu-satunya gereja Katolik di Gaza, menewaskan tiga orang dan melukai setidaknya 10 lainnya, ungkap Patriarkat Latin Yerusalem, sementara militer terus melancarkan serangan di wilayah kantong yang terkepung tersebut.

“Setidaknya satu orang berada dalam kondisi kritis akibat serangan hari Kamis terhadap Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza,” ungkap Patriarkat dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat 18 Juli 2025.

“Pastor gereja tersebut juga mengalami luka ringan,” tambahnya.

Di antara mereka yang tewas terdapat petugas kebersihan paroki berusia 60 tahun dan seorang perempuan berusia 84 tahun yang sedang menerima dukungan psikososial di dalam tenda Caritas di kompleks gereja, menurut lembaga amal Katolik Caritas Jerusalem.

“Serangan Israel di Gaza pada hari Kamis menewaskan setidaknya 32 warga Palestina, termasuk 25 orang di Kota Gaza saja,” ungkap sumber medis kepada Al Jazeera.

Rekaman serangan Gereja Keluarga Kudus yang dipublikasikan oleh seorang aktivis Palestina dan diverifikasi oleh Al Jazeera menunjukkan Pastor Gabriel Romanelli, pastor gereja tersebut, setelah serangan Israel. Video tersebut menunjukkan sang pastor dengan kaki kanannya diperban tetapi kondisinya baik.

“Orang-orang di Kompleks Keluarga Kudus adalah orang-orang yang menemukan tempat perlindungan di Gereja – berharap kengerian perang setidaknya dapat menyelamatkan nyawa mereka, setelah rumah, harta benda, dan martabat mereka telah direnggut,” kata Patriarkat dalam pernyataannya setelah mengutuk serangan mematikan tersebut.

Shadi Abu Dawoud, seorang Kristen Palestina berusia 47 tahun, mengatakan aula utama gereja menampung puluhan warga yang mengungsi, terutama anak-anak dan lansia, dan semuanya adalah “warga sipil yang damai”.

“Ibu saya menderita luka serius di kepala; dia sedang berkeliaran di halaman gereja bersama para perempuan lansia lainnya (ketika pasukan Israel menyerang),” katanya kepada Al Jazeera.

“Kami terkejut dengan serangan udara Israel ini. Ini adalah tindakan biadab dan tidak dapat dibenarkan,” ujar Dawoud.

Mohammed Abu Hashem, pria berusia 69 tahun yang tinggal di samping gereja, mengatakan ia berada di reruntuhan rumahnya ketika terjadi ledakan besar yang menyelimuti area tersebut dengan asap hitam. Ia menambahkan bahwa ia tidak pernah menyangka Israel akan menyerang gereja tersebut.

“Serangan udara Israel sangat dahsyat, benar-benar mengerikan. Kengerian yang kami alami tak terlukiskan. Tak ada kata yang dapat menggambarkan apa yang kami alami. Bahkan jauh dari apa yang Anda tonton (di TV) atau dengar,” sebut Hashem.

Pastor Bashar Fawadleh, pastor paroki Gereja Kristus Penebus di Taybeh, dekat Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, mengatakan ia berbicara tentang serangan itu dengan asisten pastor paroki Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza.

“Ia mengatakan kepada saya bahwa pengeboman itu sangat dahsyat. Mereka mengebom gereja itu sendiri. Perasaan kami antara harapan dan duka, antara hidup dan mati,” ujar Fawadleh kepada Al Jazeera.

Fawadleh kembali menegaskan seruan gencatan senjata untuk menghentikan “perang mengerikan di Gaza”.

Serangan nyasar

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaitkan serangan itu dengan “amunisi nyasar”, dan menambahkan bahwa Israel sedang menyelidiki insiden tersebut dan “tetap berkomitmen untuk melindungi warga sipil dan tempat-tempat suci”.

Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghubungi pemimpin Israel tersebut setelah “tidak ada reaksi positif” terhadap serangan tersebut, menurut Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt.

“Merupakan kesalahan Israel karena menyerang gereja Katolik itu, itulah yang disampaikan perdana menteri kepada presiden,” kata Leavitt.

Melaporkan dari ibu kota Yordania, Amman, Hamdah Salhut dari Al Jazeera mengatakan Netanyahu mengeluarkan pernyataan tersebut setelah “mendapat tekanan” dari Trump, menggemakan pengumuman Kementerian Luar Negeri sebelumnya bahwa penyelidikan sedang berlangsung.

“Agak sulit untuk mempercayai investigasi Israel apa pun yang terjadi setelah 21 bulan perang karena militer seringkali membebaskan diri dari segala bentuk kesalahan. Tidak ada yang dimintai pertanggungjawaban,” kata Salhut.

Kementerian tersebut juga menegaskan bahwa Israel tidak menargetkan gereja atau tempat ibadah meskipun telah terjadi serangan berulang kali sejak dimulainya perang di Gaza, tambahnya.

Paus Leo, kepala Gereja Katolik Roma, mengatakan ia "sangat berduka mendengar hilangnya nyawa dan cedera yang disebabkan oleh serangan militer" di gereja Gaza, menurut telegram yang ditandatangani atas namanya oleh Kardinal Pietro Parolin, sekretaris negara Vatikan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)