Memanas Lagi, Trump Tuduh Tiongkok Langgar Perjanjian Perdagangan

Presiden AS Donald Trump. (Anadolu Agency)

Memanas Lagi, Trump Tuduh Tiongkok Langgar Perjanjian Perdagangan

Eko Nordiansyah • 31 May 2025 09:38

Washington: Presiden AS Donald Trump menggunakan platform Truth Social pada hari Jumat untuk berbagi pandangannya tentang hubungan ekonomi terkini antara AS dan Tiongkok. 

Dia menyatakan bahwa tarif tinggi yang dia terapkan telah menempatkan Tiongkok dalam situasi ekonomi yang sulit, membuatnya hampir tidak mungkin bagi mereka untuk berdagang dengan AS, yang dia sebut sebagai pasar teratas di dunia.

"Berita buruknya adalah bahwa Tiongkok, mungkin tidak mengejutkan bagi beberapa orang, telah sepenuhnya melanggar perjanjian dengan AS," tulis Trump dikutip dari Investing.com, Sabtu, 31 Mei 2025.

Trump menggambarkan sikap perdagangan AS dengan Tiongkok sebagai "cold turkey," mengklaim bahwa langkah ini memiliki dampak parah pada Tiongkok, menyebabkan penutupan pabrik dan keresahan sipil. 

Mengamati situasi tersebut, Trump mengatakan dia membuat kesepakatan cepat dengan Tiongkok untuk membantu mereka menghindari apa yang dia anggap sebagai situasi yang berpotensi lebih buruk.
 

Baca juga: 

Trump Umumkan Kenaikan Tarif Impor Baja hingga 50%



(Ilustrasi perang dagang AS-Tiongkok. Foto: Freepik)

Karena kesepakatan ini, presiden mengklaim bahwa kondisi di Tiongkok dengan cepat stabil, dan bisnis kembali normal, menghasilkan kepuasan secara umum. Namun, Trump juga mengungkapkan kekecewaan, menyatakan bahwa Tiongkok telah sepenuhnya melanggar ketentuan perjanjian mereka dengan AS.

Dia mengakhiri pernyataannya dengan mempertanyakan keputusannya sendiri untuk bertindak dengan cara yang konsiliatori, menyebut dirinya sebagai "Mr. Nice Guy."

Trump akan turun tangan dalam perundingan

Tidak jelas apa yang dimaksud presiden, tetapi Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa negosiasi perdagangan antara kedua negara telah terhenti, seraya menambahkan bahwa intervensi pribadi dari Presiden Trump mungkin diperlukan untuk memastikan kemajuan.

"Saya yakin suatu saat nanti kita akan melakukan panggilan telepon antara presiden dan Xi Jinping. Mengingat besarnya pembicaraan, mengingat kompleksitasnya, ini akan mengharuskan kedua pemimpin untuk saling mempertimbangkan," kata Bessent.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)