Ilustrasi. Foto: Dok MI
Eko Nordiansyah • 5 June 2025 13:56
Jakarta: Peneliti Ekonomi Makro dan Finansial dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama menilai lima stimulus ekonomi dari pemerintah belum signifikan mendorong inflasi melalui peningkatan daya beli masyarakat. Kelima stimulus tersebut mencakup bantuan sosial tunai, subsidi upah, diskon transportasi, tambahan bantuan pangan, dan diskon tarif tol.
Menurut Riza, desain stimulus tersebut bersifat sementara atau jangka pendek. Dampaknya lebih terasa pada sektor-sektor tertentu, seperti transportasi dan pariwisata domestik, terutama selama masa liburan sekolah. Namun, pengaruhnya terhadap perekonomian secara keseluruhan dinilai masih terbatas.
"Stimulus ekonomi dari pemerintah tidak ada yang begitu kuat memengaruhi peningkatan daya beli," ujarnya kepada Media Indonesia, Kamis, 5 Juni 2025.
Dia menuturkan stimulus ekonomi saat ini tidak sekuat insentif sebelumnya, seperti diskon listrik yang diberikan pada awal tahun lalu. Menurut dia, stimulus tersebut memiliki dampak yang lebih luas karena menyasar kelas menengah, sehingga jangkauan penerimanya lebih besar. Namun, disayangkan diskon tarif listrik pada pertengahan tahun ini urung digelontorkan pemerintah.
"Diskon tarif listrik ini pengaruhnya besar terutama pada inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price)," kata Riza.
Dia juga menyoroti pemerintah telah menggelontorkan berbagai stimulus sejak awal tahun, mulai dari insentif PPN 12 persen yang tetap berjalan, stimulus pada Februari-Maret, hingga paket terbaru saat ini. Namun, ruang fiskal pemerintah diperkirakan mulai menyempit, sementara berbagai program lain masih harus dijalankan dengan kebutuhan anggaran yang besar.
Baca juga:
Koordinasi Antarmenteri Buruk, Stimulus Ekonomi Bisa Enggak Efektif |