Pengembangan Bioavtur dari Minyak Jelantah Dinilai Mendukung Swasembada Energi

Pengumpulan minyak jelantah. Dok. Pertamina Patra Niaga

Pengembangan Bioavtur dari Minyak Jelantah Dinilai Mendukung Swasembada Energi

Achmad Zulfikar Fazli • 21 January 2025 20:16

Jakarta: Program pengembangan bahan bakar ramah lingkungan dari Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah dinilai sebagai terobosan luar biasa dari Pertamina. Program tersebut sangat mendukung kinerja menjelang 100 hari Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di bidang energi.

”Saya apresiasi program yang luar biasa ini. Pertamina selalu menginisiasi pengembangan energi alternatif. Ini sangat mendukung program pemerintah, termasuk menjelang 100 hari kerja,” kata pakar ekonomi lingkungan IPB University, Aceng Hidayat, Jakarta, Selasa, 21 Januari 2025.

Aceng mengatakan pemanfaatan minyak jelantah untuk diolah Pertamina menjadi bahan bakar ramah lingkungan, yakni Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur, bisa menjadi solusi dari kondisi saat ini. Pertama, mengurangi beban pencemaran lingkungan. Kedua, mendukung swasembada energi yang dicanangkan Presiden Prabowo.

Terkait pengurangan pencemaran lingkungan, Aceng menyebut jelantah merupakan limbah yang selama ini tidak teratasi. Pasalnya, sering kali bahan pencemar tersebut dibuang di saluran air.

“Jadi penggunaan jelantah sebagai bahan bakar merupakan solusi lingkungan,” kata dia.
 

Baca Juga:
Bingung Punya Minyak Jelantah Banyak? Jual di Sini Aja !

Aceng mengatakan program pemanfaatan minyak jelantah sangat mendukung swasembada energi. ”Sangat mendukung, sejalan. Sebab upaya untuk swasembada energi, misal dengan menggunakan energi terbarukan tentu harus dicari sumbernya,” jelas Aceng.

Menurut Aceng, jelantah memiliki potensi sangat besar. Tidak hanya rumah tangga dan UKM, beberapa industri menghasilkan minyak jelantah.

“Sumbernya berlimpah, potensinya luar biasa. Apalagi masyarakat Indonesia sangat senang dengan makanan gorengan, sehingga bahan baku energi tersebut tidak akan kekurangan. Kalau bisa dihimpun semua tentu menjadi energi alternatif yang juga memberi dampak luar biasa,” kata dia.

Aceng juga sependapat dengan studi dari International Council on Clean Transportation (ICCT). Studi tersebut menyampaikan penggunaan residu pertanian, termasuk minyak jelantah di Indonesia bisa menghasilkan 33,2 juta kilo liter bioavtur atau tiga kali lebih besar dari kebutuhan bahan bakar pesawat terbang domestik.

”Dari data tersebut, sumbernya memang sangat melimpah. Sangat potensial,” kata dia.
 
Baca Juga:
Pertamina Racik Minyak Jelantah Jadi Kandungan Bahan Bakar Avtur

Di samping itu, dia menilai langkah Pertamina ini bisa mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM). ”Ya, tentu saja bisa” ujar dia.

Pertamina bekerja sama dengan Noovoleum yang telah tersertifikasi internasional sebagai pengumpul minyak jelantah. Melalui kerja sama tersebut, Pertamina menjalankan program Green Movement UCO, yang merupakan pilot project dalam pengumpulan jelantah dari masyarakat. Masyarakat bisa menyerahkan jelantah di UCollect Box dengan memperoleh rewards berupa saldo e-wallet UCollect.

Besaran saldo e-wallet akan fluktuatif menyesuaikan harga minyak jelantah di pasaran. Saat ini per liter dihargai sekitar Rp6.000/liter dengan update harian melalui apps Mypertamina.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)