Paus Fransiskus. (Anadolu Agency)
Jakarta: Ketika seorang kardinal terpilih menjadi Paus melalui proses konklaf, salah satu hal pertama yang dilakukan adalah memilih nama baru.
Nama ini bukan sekadar julukan atau gelar, melainkan simbol besar dari arah, semangat, dan misi yang akan diemban selama masa kepemimpinannya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik.
Meski tidak ada aturan resmi dalam Kitab Hukum Kanonik yang mewajibkan Paus mengganti nama, namun tradisi ini sudah mengakar kuat sejak berabad-abad silam. Lantas, mengapa hal ini dilakukan? Berikut penjelasannya.
1. Simbol Transformasi Spiritual
Pergantian nama mencerminkan transformasi rohani dan misi baru. Tradisi ini memiliki akar kuat dalam Kitab Suci, di mana tokoh-tokoh penting diberi nama baru saat menerima tugas besar dari Tuhan. Misalnya:
- Simon menjadi Petrus, batu karang gereja.
- Saul menjadi Paulus, pembawa Injil bagi bangsa-bangsa non-Yahudi.
Dengan memilih nama baru, seorang Paus menandai bahwa ia kini bukan lagi pribadi biasa, melainkan gembala umat Katolik sedunia dengan tanggung jawab spiritual yang luar biasa.
2. Menunjukkan Visi dan Inspirasi
Nama yang dipilih seringkali merujuk pada tokoh atau nilai yang ingin diteladani. Misalnya:
- Jorge Mario Bergoglio berubah menjadi Paus Fransiskus (2013–2025), Paus memilih nama ini sebagai penghormatan kepada Santo Fransiskus dari Assisi, simbol kesederhanaan, kerendahan hati, dan cinta kepada kaum miskin.
- Karol Wojtyla berubah menjadi Paus Yohanes Paulus II, nama ini dipilih karena menggabungkan dua nama untuk menghormati dua pendahulunya, dan mencerminkan semangat kesinambungan.
Nama baru bukan hanya identitas, tapi pernyataan arah dan gaya kepemimpinan yang ingin diambil oleh paus baru tersebut.
3. Menghormati Tradisi
Paus terakhir yang tidak mengganti nama adalah Paus Marcellinus, yang wafat pada abad ke-4. Sejak saat itu, tradisi mengganti nama menjadi simbol kuat dari keseriusan dan kekhusyukan peran Paus. Mengambil nama baru dianggap sebagai bentuk kerendahan hati dan penyerahan diri pada tanggung jawab yang sangat besar.
4. Menghindari Kontroversi atau Kebingungan
Beberapa nama sengaja dihindari karena asosiasi historis atau potensi kontroversi. Misalnya, belum ada Paus yang memilih nama Petrus II, karena dianggap terlalu membandingkan diri dengan Rasul Petrus, Paus pertama menurut tradisi Katolik. Hal ini menunjukkan betapa serius dan sensitifnya pemilihan nama tersebut.