Warga Gaza mengantre di lokasi pembagian makanan. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 9 September 2025 16:02
Gaza: Para tokoh lintas iman dari proyek 1000 Abrahamic Circles menegaskan bahwa konflik Gaza yang berkepanjangan tidak boleh dipandang sebagai perang agama, melainkan krisis politik dan kemanusiaan.
Pernyataan itu disampaikan dalam konferensi pers daring pada Selasa, 9 September 2025, yang juga meluncurkan surat terbuka berjudul “Abrahamic Plea to Israel.”
Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) sekaligus inisiator proyek 1000 Abrahamic Circles, Dr. Dino Patti Djalal, mengingatkan bahayanya framing konflik Gaza sebagai pertarungan teologi.
“Ini bukan konflik agama. Justru narasi Islamofobia maupun antisemitisme akan memperburuk keadaan,” ujarnya.
Berkembang dalam Harmoni
Imam Alaa Elzokm dari Melbourne turut menolak keras istilah “konflik agama” untuk Gaza. “Saya menolak menyebutnya demikian. Ini murni persoalan politik yang diseret ke ranah identitas. Kita semua punya tanggung jawab moral untuk meluruskannya,” katanya.
Sementara itu, Rabbi Elliot Baskin menekankan bahwa sejarah telah membuktikan umat Yahudi, Kristen, dan Muslim bisa hidup berdampingan. Ia menyinggung masa Andalusia, ketika ketiga komunitas itu berkembang bersama dalam harmoni.
“Mereka membuktikan koeksistensi bukan hanya mungkin, tapi pernah nyata,” ucapnya.
Dari Wellington, Selandia Baru, Reverend Ryhan Prasad memperingatkan bahaya framing agama. “Jika publik terus memandang Gaza sebagai konflik agama, kebencian turun-temurun akan makin sulit dihapuskan,” jelasnya.
Solidaritas Lintas Batas
Selain meluruskan narasi, keempat tokoh lintas iman itu juga bersatu menyerukan penghentian perang di Gaza dan pembukaan akses penuh terhadap bantuan kemanusiaan.
“Doa kita tidak cukup jika tidak diwujudkan dalam tindakan nyata. Kita harus mendorong dihentikannya kekerasan dan memastikan kemanusiaan diberi ruang,” ujar Rabbi Baskin.
Imam Alaa menambahkan, “Solidaritas melampaui batas agama. Bahkan jika Anda tidak beragama, Anda tetap punya kewajiban moral untuk berdiri bersama kemanusiaan.”
Reverend Prasad pun menegaskan kekuatan suara publik. “Suara kita sudah mulai didengar di seluruh dunia. Kita harus terus mendorong gencatan senjata dan akses bantuan bagi Gaza,” katanya.
Dino Patti Djalal menekankan bahwa Abrahamic Circles berbeda dengan pernyataan simbolis lain. “Ini seruan yang lahir dari perjumpaan nyata lintas iman, dari dialog yang telah membangun kepercayaan,” tuturnya.
Dalam surat terbuka yang dirilis, Abrahamic Plea to Israel, ketiga tokoh lintas iman alumni Abrahamic Circles, Reverend Prasad, Rabbi Baskin, dan Imam Alaa menyerukan Israel menghentikan kekerasan dan membuka akses kemanusiaan. Surat itu kini didistribusikan ke seluruh dunia untuk menggalang dukungan lintas iman dan publik luas.
Baca juga:
Tiga Pemuka Agama Yakini Kebencian Tidak Pernah Diajarkan kepada Umat