Dewan Redaksi Media Group Abdul Kohar. (MI/Ebet)
Abdul Kohar • 3 September 2025 07:28
PADA saat udara serbaabu-abu, ketika polusi knalpot dan asap batu bara berkelindan dengan gas air mata, ketika pekik tuntutan bergelut dengan permintaan maaf, saya teringat dengan sajak Taufik Ismail berjudul Membaca Tanda-Tanda. Bedanya, tanda-tanda yang disebutkan Taufik Ismail dalam sajaknya itu terkait erat dengan bencana, sedangkan tanda-tanda yang saya kenali akhir-akhir ini ialah tumpukan keresahan sebagian besar publik yang terus disangkal para pengemban amanatnya.
Tumpukan keresahan itu seperti membentur dinding. Terus menatap tembok, hampir tidak menemukan pintu kanalisasi. Karena itu, tumpukan itu pun menjelma menjadi bisul yang membengkak. Ia menunggu senggolan sedikit saja untuk pecah. Dalam situasi seperti itu, banyak pula yang mulai mengambil peran macam-macam, tapi hampir tak ada yang berusaha mengobati sang bisul bengkak. Malah, yang ada ialah para pembawa jarum yang diam-diam menusuk bisul itu hingga akhirnya benar-benar pecah.
Laiknya bisul yang pecah, perihnya pun minta ampun. Sakitnya menembus saraf-saraf yang paling halus. Alih-alih diobati, luka bisul itu malah ditusuk-tusuk. Jadilah orkestrasi rasa sakit. Muncullah perasaan terluka di mana-mana. Para penusuk itu tidak dikenali orang-orangnya, tapi bisa samar-samar dieja tanda-tandanya.
Ingatan saya kembali seperti saat gunung berapi meletus, dan Taufik Ismail mengingatkan adanya tanda-tanda lewat sajaknya. Ia pun menulis:
'Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari kita
Ada sesuatu yang mulanya tidak begitu jelas
tapi kita kini mulai merindukannya
Kita saksikan udara abu-abu warnanya
Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya
Burung-burung kecil tak lagi berkicau pergi hari
Hutan kehilangan ranting
Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan
Kita saksikan zat asam didesak asam arang
dan karbon dioksida itu menggilas paru-paru
Kita saksikan
Gunung membawa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa air
Air membawa banjir
Banjir air mata
Kita telah saksikan seribu tanda-tanda
Bisakah kita membaca tanda-tanda?
Baca Juga:
Damai Demi Tumbuh Ekonomi |
'Allah
Kami telah membaca gempa
Kami telah disapu banjir
Kami telah dihalau api dan hama
Kami telah dihujani api dan batu
Allah
Ampunilah dosa-dosa kami
Beri kami kearifan membaca tanda-tanda
Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan
akan meluncur lewat sela-sela jari
Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas
tapi kini kami mulai merindukannya'.