Maestro angklung Indonesia, Sam Udjo, tampil dalam workshop dan pertunjukan kolaboratif di San Francisco, AS, 20 Juli 2025. (KJRI San Francisco)
Willy Haryono • 23 July 2025 19:05
San Francisco: Suara bambu dari angklung menggema hingga ke Pantai Barat Amerika Serikat saat maestro angklung Indonesia, Sam Udjo, tampil dalam workshop dan pertunjukan kolaboratif yang digelar di Community Music Center (CMC), San Francisco, Minggu sore, 20 Juli 2025. Kegiatan ini berhasil menyatukan publik Bay Area dan komunitas seni lokal dalam pengalaman budaya yang menyentuh dan penuh makna.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Saung Angklung Udjo Bandung bersama Saung Angklung of San Francisco, dengan dukungan Konsulat Jenderal RI (KJRI) San Francisco, menjadi bukti kuat peran strategis diplomasi budaya Indonesia. Sam Udjo, putra dari almarhum Mang Udjo Ngalagena, hadir sebagai figur sentral yang membawa angklung tak hanya sebagai alat musik, tetapi juga sebagai simbol kolaborasi dan persahabatan lintas budaya.
“Perjumpaan semacam ini bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan bagian dari strategi diplomasi budaya. Angklung membawa pesan keindahan dan kearifan lokal Indonesia kepada masyarakat internasional, khususnya di AS,” ujar Ali M. Sungkar, Acting Konsul Jenderal RI di San Francisco, dalam rilis yang diterima Metrotvnews.com, Rabu, 23 Juli 2025.
Antusiasme peserta terlihat sejak awal. Ratusan orang dari berbagai latar belakang—musisi profesional, pelajar, diaspora Indonesia, hingga pecinta budaya Asia—berkumpul untuk belajar dan bermain angklung bersama, membentuk harmoni yang mencerminkan nilai-nilai kebersamaan.
Sam Udjo selama ini dikenal aktif membawa angklung ke panggung dunia—dari Asia, Eropa, hingga Amerika. Kini, kehadirannya di San Francisco memperkuat posisi angklung sebagai warisan budaya dunia yang bukan hanya estetis, tetapi juga sarat nilai sosial dan spiritual.
“Saya terkesima, angklung dari bambu bisa menciptakan harmoni sekompleks dan seindah ini. Ini bukan hanya musik, ini pengalaman spiritual dan budaya,” ungkap Jonathan Paul Gordon, musisi senior dan Ketua Saung Angklung of San Francisco.
Tingginya partisipasi membuktikan bahwa diplomasi budaya Indonesia memiliki daya tarik yang kuat. Penonton tidak hanya pasif menyaksikan, tetapi turut aktif menciptakan harmoni bersama. Ini menjadikan diplomasi budaya sebagai sesuatu yang hidup dan menyentuh langsung masyarakat.
“Kegiatan ini punya dampak jangka panjang. Ia membentuk persepsi global yang positif tentang Indonesia dan bisa membuka jalan lebih luas bagi pariwisata dan kerja sama budaya,” tambah Mahmudin Nur Al-Gozaly, Konsul Penerangan Sosial Budaya KJRI San Francisco.
Melalui kegiatan ini, KJRI San Francisco dan para pelaku budaya membuktikan bahwa harmoni bisa dibangun dari keberagaman. Dan bahwa dari sepotong bambu, suara Indonesia bisa menggema hingga seberang lautan.
Baca juga: Tepuk Tangan Meriah Iringi Angklung Indonesia di Markas FAO Roma