Telusur Metro TV: Beras Premium 'Oplosan'

Jakarta: Kualitas beras premium kini menjadi sorotan. Pasalnya, kualitas salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia itu justru diakali agar bisa meraup keuntungan.

Butuh ketelitian untuk mengetahui beras yang dijual di pasaran berkualitas premium atau oplosan. Sebab, kedua beras tersebut hampir serupa.

Tim Telusur Metro TV mencoba menelusuri cara pengoplosan beras ke Pasar Induk Cipinang, Jakarta. Tujuannya, supaya masyarakat bisa mengetahui perbedaan kualitas premium dan oplosan saat membeli beras.

Namun, sejumlah pedagang di sana tak menyambut dengan tangan terbuka niat tersebut. Mereka justru mencak-mencak karena tidak terima dengan istilah oplosan sehingga menimbulkan kesan negatif. Mereka lebih menerima proses pencampuran tersebut dengan istilah mixing.

Tak putus asa, tim Telusur Metro TV menemui Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Edi Santosa, untuk mencari tahu soal mixing beras. Menurut Edi, mixing beras bukan modus baru.
 

Baca juga:  PT Indonesia Maju Wilmar dan Toko Sumber Raya Belum Jadi Tersangka Beras Oplosan

Bahkan, mixing beras dilakukan secara legal di Indonesia. Yakni, mencampurkan beras yang disimpan di gudang dengan beras baru saja dipanen. Tujuannya, agar kualitas beras tersebut tetap bagus.

Namun, proses tersebut diawasi oleh asosiasi dan pemerintah. Pengawasan terkait apakah beras yang disimpan tersebut layak dikonsumsi, takaran campuran beras lama dengan baru, dan penentuan harga jual.

Meski ada pengawasan, Edi menyampaikan peraturan soal beras di Indonesia masih kurang tegas. Dia membandingkan dengan aturan mixing beras di luar neger.

Di luar negeri, para produsen mewajibkan mencantumkan keterangan mixing pada bungkus beras. Tak hanya itu, informasi lokasi tanam, pupuk yang digunakan, waktu panen, persentase mixing harus tertera di bungkus beras.