Ilustrasi IHSG. MI/Usman Iskandar.
Insi Nantika Jelita • 24 June 2025 11:11
Jakarta: Ketegangan geopolitik yang semakin memanas antara Iran dan Israel mulai menunjukkan dampak langsung terhadap pasar keuangan Indonesia. Analis dan Founder Stocknow.id Hendra Wardana mencatat gejala risk-off atau kondisi saat investor lebih cenderung menghindari risiko mulai terasa di pasar saham domestik.
Hal ini tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah pada penutupan perdagangan Senin, 24 Juni 2025 ke level 6.787, serta melemahnya nilai tukar rupiah ke Rp16.480 per USD.
"Konflik tersebut berpotensi membawa dampak langsung ke pasar keuangan global, termasuk ke pasar saham Indonesia. Kemarin IHSG terkoreksi 1,74 persen," ungkap Hendra kepada Media Indonesia, Selasa, 24 Juni 2025.
Dalam situasi penuh ketidakpastian seperti ini, sektor energi dan komoditas menjadi pilihan utama investor. Kenaikan harga minyak dan logam tambang dinilai mampu memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibanding sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga dan peningkatan biaya input.
(Ilustrasi pergerakan saham pada IHSG. Foto: Medcom.id)
Deretan saham energi yang bisa kasih cuan
Beberapa saham sektor energi seperti MEDC (Medco Energi Internasional), PGAS (Perusahaan Gas Negara), dan ELSA (Elnusa) dinilai memiliki potensi sebagai penyeimbang portofolio di tengah tekanan geopolitik. Di sektor logam mulia, saham MDKA (Merdeka Copper Gold), BRMS (Bumi Resources Minerals), dan PSAB (J Resources Asia Pasifik) dikatakan menonjol sebagai representasi aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketegangan global.
Sementara dari sisi strategi sektoral dan pemilihan saham, sejumlah emiten juga menarik untuk dicermati dalam jangka pendek. BRPT (Barito Pacific) diperkirakan memiliki peluang
rebound dengan target harga menuju Rp1.700, seiring pemulihan industri petrokimia dan ekspansi ke sektor
energi terbarukan.
"Saham ini dapat menjadi proxy dari pemulihan siklikal yang ditopang kenaikan harga minyak dan turunannya," jelas Hendra.
Selain itu, ENRG (Energi Mega Persada) sebagai emiten migas kelas menengah dinilai menawarkan potensi
upside menarik di tengah kenaikan harga minyak dunia. Dengan target jangka pendek di level Rp420, saham ini mencerminkan potensi apresiasi seiring sentimen positif di sektor energi.
Hendra menekankan dalam menghadapi ketidakpastian global yang tinggi, investor dituntut untuk menerapkan strategi yang fleksibel dan selektif. Fokus pada sektor-sektor yang menjadi
winners of war seperti energi, komoditas, dan tambang strategis dapat memberikan perlindungan sekaligus peluang pertumbuhan portofolio.
"Di tengah badai geopolitik, justru saham-saham bertema energi dan transisi global dapat menjadi pelabuhan investasi yang aman sekaligus menguntungkan," tutur Hendra.