PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Dumai bangun PLTS off-grid. Foto: dok KPI.
Husen Miftahudin • 28 February 2025 22:41
Jakarta: Kondisi alam yang kadang kurang bersahabat sering dianggap sebagai kondisi yang harus diterima apa adanya. Tapi ternyata hal ini tidak menjadi hambatan bagi kelompok mitra binaan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Dumai untuk berpikir kreatif dan beradaptasi menyikapi kondisi tersebut.
Di wilayah operasi Kilang Dumai, terdapat kelompok nelayan yang sering berhadapan dengan tantangan besar dalam menangkap ikan di laut. Cuaca yang kerap tidak bersahabat membatasi akses mereka melaut, sementara infrastruktur perikanan yang masih minim serta ancaman abrasi di wilayah tempat tinggalnya, Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai, semakin memperumit keadaan.
"Melihat kondisi ini,
Kilang Dumai berinisiatif memperkenalkan model perikanan dengan teknologi bioflok. Teknologi ini kami harapkan menjadi alternatif sumber ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan," kata Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 28 Februari 2025.
Budidaya ikan nila dengan sistem bioflok menjadi peluang yang menjanjikan bagi kelompok nelayan lainnya yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mundam Jaya.
Metode ini dinilai potensial karena hanya memerlukan kolam terpal sebagai media budidaya serta memiliki waktu pemeliharaan yang relatif singkat, sekitar empat hingga enam bulan hingga masa panen, tergantung pada jenis ikan yang dibudidayakan.
(Kilang minyak lepas pantai. Foto: dok SKK Migas)
Bantu hadirkan solusi energi terbarukan
Selain memberikan dukungan infrastruktur kolam bioflok dan keterampilan budidaya ikan bagi Kelompok Nelayan Mundam Jaya, Kilang Dumai juga mengambil langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan program budidaya ikan nila salin dengan menghadirkan solusi energi terbarukan.
"Sebagai langkah mitigasi terhadap potensi kendala serta untuk mendukung operasional budidaya, perusahaan telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
off-grid dengan kapasitas panel surya 4,4 kWp dan baterai 5 kWh," tambah Hermansyah.
PLTS ini merupakan bagian dari program Desa Energi Berdikari (DEB) Pertamina, yang tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan listrik untuk operasional lampu dermaga dan kolam bioflok, tetapi juga berkontribusi dalam penghematan biaya listrik hingga Rp 9,3 juta per tahun. Selain itu, penggunaan PLTS ini turut mendukung upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), dengan estimasi penurunan 5,52 ton CO2 per tahun.
Hermansyah menegaskan inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk mendukung keberlanjutan operasional kolam bioflok nelayan, tetapi juga sebagai upaya mendorong masyarakat untuk lebih sadar akan pemanfaatan energi bersih dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
"PLTS ini memungkinkan nelayan untuk tidak lagi sepenuhnya bergantung pada listrik konvensional. Ini juga menjadi bagian dari komitmen Pertamina dalam mengembangkan energi baru terbarukan (
EBT), sekaligus mendorong transisi menuju penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan," jelas Hermansyah.