Ilustrasi generasi milenial. Media Indonesia
M Sholahadhin Azhar • 24 November 2025 21:54
Jakarta: Kreator muda di ASEAN didorong memberi dampak sosial melalui konten mereka. Caranya, dengan fokus pada konten edukasi yang memberikan perspektif soal ilmu pengetahuan hingga pelestarian budaya.
“Kami sangat tergerak melihat para kreator menggunakan TikTok LIVE untuk menyebarkan pengetahuan, melestarikan budaya, dan menjaga bahasa daerah tetap hidup. Storytelling digital membuka jendela ke dunia sekaligus menyoroti kekayaan keragaman Asia Tenggara,” kata Director of Public Policy for Southeast Asia TikTok, Chanida Klyphun, dalam keterangan tertulis, Senin, 24 November 2025.
Hal tersebut diungkap Chanida terkait Program ASEAN LIVE Creators for Change 2025, hasil kolaborasi ASEAN Foundation dan TikTok LIVE. Program itu mempertemukan para kreator muda dari berbagai negara di Asia Tenggara dalam sebuah perjalanan kreatif untuk menunjukkan dalam tujuan berbeda, mereka bisa menemukan ruang yang sama di TikTok.
Chanida menjelaskan, sebagai kolaborasi antara ASEAN Foundation dan TikTok, program tersebut membekali 20 kreator muda dari seluruh kawasan dengan mentorship, dukungan dana, dan alat-alat untuk mengadakan sesi TikTok LIVE yang berdampak mulai dari edukasi, kewirausahaan, hingga budaya.
“Berlangsung dari 2024 hingga 2025, inisiatif ini tidak hanya mendorong pengaruh digital yang bertanggung jawab, tetapi juga memperkuat kemampuan generasi muda dalam menceritakan kisah mereka sendiri di ASEAN yang semakin terhubung,” tutu Chanida.
Selain itu, lanjut Chanida, melalui program tersebut, para peserta juga memperoleh keterampilan praktis mulai dari pengaturan teknis, perencanaan konten yang konsisten, hingga memahami audiens secara lebih mendalam.
“Fondasi ini memungkinkan mereka untuk melanjutkan misi masing-masing dengan lebih percaya diri dan menghasilkan dampak yang lebih nyata bagi komunitas mereka,” yakin dia.
Executive Director ASEAN Foundation, Piti Srisangnam, berharap, melalui kolaborasi dengan TikTok LIVE, ASEAN Foundation dapat terus mendukung kreator muda yang menggunakan platform digital untuk mendorong pembelajaran, inklusivitas, dan apresiasi budaya di seluruh kawasan,.
Sebagai informasi, setelah rangkaian program selesai, dari 20 kreator berpartisipasi, dipilih 3 kreator sebagai pemenang, yaitu Jhonatan (@jhonatanyuditya_pratama), Leni (@lenirezi), and Sir Pedot (@sirpedot).
Mereka dinilai memiliki dampak yang kuat terhadap sosial melalui konten yang diproduksi, melalui cara pandang dan cerita yang mereka bawa. Ketiganya menunjukkan bahwa TikTok LIVE dapat menjadi ruang untuk belajar, menjembatani budaya, dan merayakan identitas.
Sir Pedot membuka akses belajar sehari-hari, kemuidan Leni menjaga bahasa daerah tetap hidup. Sedangkan Jhonatan memperkuat identitas budaya dengan storytellingnya. Meski jalur mereka berbeda, namun secara bersama mereka menunjukkan bagaimana TikTok LIVE telah menjadi ruang yang bermakna untuk berbagi pengetahuan, inspirasi, dan budaya sekaligus menjadi ruang di mana kreativitas bisa menghasilkan dampak nyata
Para konten kreator antara lain Jhonatan dari Borneo, yang membeberkan Budaya Dayak dalam sorotan digital. Sebagai pemenang pertama, Jhonatan asal Borneo menyalurkan semangat budaya Dayak melalui karya-karya digitalnya. Baginya, identitas Dayak bukan sekadar simbol seremonial, tetapi nilai hidup sehari-hari seperti rasa syukur, keseimbangan, dan kedekatan dengan alam.
Ia memilih menampilkan konten yang autentik, salah satunya melalui sesi LIVE Gawai Dayak yang memamerkan parade dan tari tradisional. Siaran tersebut ditonton lebih dari 16.000 orang dan mengundang ratusan interaksi, menjadi momen kebanggaan tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi komunitas Dayak.
Dalam wawancara, Jhonatan menegaskan pendekatannya yang memandang budaya sebagai sesuatu yang hidup. Ia ingin penonton tidak hanya melihat visual, tetapi juga merasakan makna di balik tiap tradisi. Melalui konten seperti ini, ia membuktikan bahwa budaya dapat berkembang di platform digital sekaligus mendukung UMKM dan memberdayakan komunitas.
“Program ASEAN LIVE Creators for Change menjadi pengingat bahwa kreativitas bukan sekadar hiburan, tetapi sarana pemberdayaan,” ujarnya.
Jhonatan meyakini bahwa storytelling digital mampu menghubungkan generasi muda dengan akar budaya mereka secara lebih natural dan mendalam.
Konten kreator kedua yakni Leni yang membawa Bahasa Daerah Indonesia kembali mainstream Leni, pemenang kedua, memulai perjalanannya dari keprihatinan terhadap masa depan bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Data dari lembaga bahasa dan UNESCO menunjukkan penggunaan yang terus menurun, bahkan beberapa bahasa menghilang dari percakapan sehari-hari. Kekhawatiran ini terasa personal baginya karena tumbuh di Belitung Timur, sementara ia sendiri tidak sepenuhnya fasih berbahasa Belitong.
Melalui program ASEAN LIVE Creators for Change, Leni menyalurkan kepeduliannya dengan membuat konten edukatif di TikTok LIVE. Ia memfokuskan materinya pada ungkapan sederhana, penggunaan praktis, dan konteks budaya yang dekat dengan keseharian agar bahasa daerah terasa relevan dan mudah digunakan.
Dalam sesi LIVE, ia sering memakai fitur Multi-Guest untuk menciptakan interaksi dua arah yang lebih hidup. Percakapan yang terjadi mengalir hangat, dengan peserta berbagi idiom, lelucon, dan frasa sehari-hari dalam dialek masing-masing, sehingga proses belajar menjadi menyenangkan dan mudah dipahami.
Seiring waktu, Leni semakin terampil merencanakan konten dan memahami audiens. Ia juga terhubung dengan kreator ASEAN dari Filipina, Myanmar, dan Malaysia, yang membuatnya menyadari bahwa tantangan menjaga bahasa daerah adalah isu bersama di kawasan.
“Saya berharap program ini terus berlanjut agar lebih banyak anak muda terdorong berkontribusi bagi daerah dan negara mereka,” ujarnya.
Konten kreator berikutnya yakni, Sir Pedot atau Firdaus, pemenang ketiga yang dikenal sebagai Sir Pedot, memulai perjalanan kontennya dari niat sederhana: membuat pengetahuan lebih mudah diakses pelajar secara digital. Sebagai dosen di Malaysia, ia melihat banyak anak muda membutuhkan panduan tentang topik-topik yang tidak diajarkan di kurikulum formal, mulai dari beasiswa, literasi digital, public speaking, hingga pemahaman budaya Asia Tenggara.
Ia kemudian membawakan topik-topik tersebut melalui TikTok LIVE dengan gaya yang menyerupai sesi mentoring pribadi namun menjangkau ribuan penonton. Para pelajar bahkan menjulukinya #YourTikTokLecturer, sebuah panggilan yang ia terima sebagai tanda bahwa ia telah menemukan cara efektif untuk membantu generasi muda.
Momen paling mengharukan bagi Firdaus datang ketika seorang siswa mengirim pesan bahwa mereka akhirnya memahami sebuah materi setelah menonton siaran LIVE-nya. Baginya, ini menjadi bukti bahwa konten edukasi di TikTok tidak hanya memungkinkan, tetapi benar-benar dapat memberikan dampak nyata—meningkatkan kepercayaan diri, memberi arah, dan membuka peluang baru bagi pelajar.
Mengikuti program ASEAN LIVE Creators for Change memperkaya cara ia mengembangkan konten. Ia kini menyusun sesi dengan lebih terstruktur, memahami perilaku audiens, dan tetap konsisten meski jumlah penonton berubah-ubah.
“Membawakan sesi LIVE membutuhkan keberanian. Pelatihan ini membuat saya lebih fokus dan membantu saya menciptakan konten yang lebih jelas dan terarah,” kata Firdaus.