Polisi Australia lakukan pencarian terhadap pelaku penembakan dua polisi. Foto: ABC News
Muhammad Reyhansyah • 27 August 2025 09:55
Victoria: Polisi Australia tengah melakukan perburuan besar-besaran terhadap Dezi Freeman. Pria bersenjata berusia 56 tahun yang menembak mati dua polisi dan melukai seorang lainnya di kota kecil Porepunkah, negara bagian Victoria.
Media lokal menggambarkan Freeman sebagai seorang penganut teori konspirasi yang teradikalisasi dan diyakini memiliki sejumlah senjata api “berkekuatan besar”.
Insiden terjadi pada Selasa pagi, 26 Agustus 2025 ketika sepuluh polisi, termasuk anggota unit investigasi kejahatan seksual dan anak, mendatangi properti Freeman untuk melaksanakan surat perintah penggeledahan.
Tiba-tiba, tembakan dilepaskan dari arah bus dan rumah di lahan tersebut.
Dikutip dari
Malay Mail, Rabu, 27 Agustus 2025, dalam baku tembak yang berlangsung beberapa menit itu, seorang detektif berusia 59 tahun dan seorang konstabel senior berusia 35 tahun tewas. Satu petugas lain terluka parah di bagian kaki, telah menjalani operasi, dan diperkirakan bisa pulih.
Meski polisi sempat membalas tembakan, Freeman berhasil melarikan diri dengan berjalan kaki ke kawasan hutan sekitar.
Komisaris Polisi Victoria, Mike Bush mengatakan, pencarian sangat menantang karena Freeman dikenal menguasai keterampilan bertahan hidup di alam bebas (bushcraft).
“Dia sangat berbahaya. Dia sudah membunuh dua polisi dan melukai satu lagi. Kami harus menemukannya,” tegas Bush.
Polisi telah memastikan pasangan dan anak-anak Freeman dalam keadaan aman, serta membantah adanya penyanderaan.
Surat kabar
The Age melaporkan Freeman mengidentifikasi diri sebagai “sovereign citizen”, sebuah gerakan ekstrem kanan yang menolak hukum pemerintah.
PM Anthony Albanese menyebut ideologi ini sebagai ancaman nyata. Ia mengingatkan publik tentang peringatan intelijen terkait meningkatnya aktivitas kelompok serupa di Australia.
“Ekstremisme dan ideologi sovereign citizen adalah hal yang harus kita waspadai,” kata Albanese kepada
ABC.
Penembakan mematikan terhadap polisi relatif jarang terjadi di Australia. Pada Desember 2022, dua polisi tewas dalam penyergapan di Wieambilla, Queensland. Tercatat, tiga polisi tewas saat bertugas pada 2023, salah satunya akibat tembakan.
Australia memberlakukan larangan senjata otomatis dan semi-otomatis sejak tragedi Port Arthur 1996, ketika seorang pria bersenjata menewaskan 35 orang.