Covid-19 Varian Nimbus Lebih Cepat Menyebar, Ini Sebabnya

Ilustrasi covid/Freepik

Covid-19 Varian Nimbus Lebih Cepat Menyebar, Ini Sebabnya

M. Iqbal Al Machmudi • 11 June 2025 09:07

Jakarta: Laporan Disease Outbreak News WHO terbaru menyebut  mulai pertengahan April 2025, sirkulasi varian covid-19 LP.8.1 mulai berkurang dan varian baru NB.1.8.1 mulai meningkat. Varian tersebut diberi nama Nimbus.

Perkembangan yang meningkat itu maka WHO memasukkan varian Nimbus NB.1.8.1 sebagai variant under monitoring (VUM).  "Kita ingat waktu pandemi covid-19 WHO menetapkan tiga klasifikasi varian ini, yang paling berat adalah variants of concern (VOC) seperti varian delta dan lainnya, lalu ada  variants of interest (VOI) dan variants under monitoring (VUM)," kata Direktur Pascasarjana Universitas YARSI  Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan tertulis, Rabu, 11 Juni 2025.

Menurut dia, situasi amat dinamis dan VUM bisa berubah menjadi VOI dan yang VOI bisa berubah menjadi VOC, dan demikian juga sebaliknya. Yiga mengatakan Secara genomik varian Nimbus berhubungan dengan XDV.1.5.1 dan kemudian dengan varian JN.1. Bila dibandingkan dengan varian dominan lainnya yaitu  LP.8.1 maka varian Nimbus NB.1.8.1 punya berbagai mutasi spike pada T22N, F59S, G184S, A435S, V445H, dan T478I. 
 

Baca: Covid-19 Masuk Indonesia, Epidemiolog: Tidak Mengagetkan karena Statusnya Sudah Endemi

"Yang penting, mutasi spike pada posisi 445 menunjukkan peningkatan keterikatan (enhance binding affinity) terhadap reseptor hACE2, dan hal inilah yang menyebabkan varian ini jadi lebih mudah menular, yang bukan tidak mungkin terkait dengan peningkatan kasus di beberapa negara sekarang ini," jelasnya.

Dampak lain, mutasi varian Nimbus pada posisi 435 juga mengakibatkan penurunan potensi netralisasi antibodi, sementara mutasi pada posisi 478 menunjukkan evasi antibodi.

Sampai pada 18 Mei 2025, sudah ada 518 sekuen NB.1.8.1 dilaporkan oleh 22 negara ke  GISAID from 22 countries, dan datanya menunjukkan 10,7% data global pada pekan epidemiologi ke 17 tahun 2025 (21 sampai 27 April 2025). Walaupun, angka persentase ini nampaknya masih kecil tetapi ini jauh meningkat dari angka empat minggu sebelumnya (31 Maret sampai 6 April 2025) yang masih 2.5%. 

Tandra menilai meningkatan kasus yang terjadi di Asia, Eropa dan Amerika. Tentu akan baik jika Indonesia juga melakukan surveilans genomik yang lebih giat lagi, untuk melihat perkembangan varian Nimbus ini. 

"Salah satu rekomendasi yang perlu dipertimbangkan adalah dengan meningkatkan jumlah tes, misalnya diberlakukan kebijakan test covid-19 untuk semua kasus Severe Acute Respiratory Illness (SARI) yang di rawat di rumah sakit kita dan juga 5% kasus Influenza-Like Illness (ILI)," ungkapnya. 

"Kemudian, semua hasil positif covid-19 pada kasus SARI lalu dikirimkan untuk pemeriksaan Whole Genome Sequencing di laboratorium rujukan kita," sambunugnya.

Hal itu diperkuat dari, laman World Healthy Netrwork yang menyampaikan varian Nimbus nampaknya memang lebih mudah menular daripada varian sebelumnya. Untuk gejalanya dapat berupa nyeri tenggorok yang berat yang disebut seperti di sayat silet (razor-blade), lemah, batuk ringan, demam serta nyeri otot. 

"Tentang berat ringannya penyakit maka masih harus menunggu beberapa minggu ke depan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. Sementara munculnya varian Nimbus di musim panas sekarang ini menunjukkan bahwa covid-19 memang bukan hanya terjadi di musim yang cuacanya sedang dingin," pungkasnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(M Sholahadhin Azhar)