Gubernur Aceh Muzakir Manaf (Mualem), melantik Irjen Pol Purnawirawan Armia Fahmi dan Ismail, sebagai Bupati dan Wakil Bupati Aceh Tamiang. Dokumentasi/ Istimewa 
                                                
                    Fajri Fatmawati • 19 February 2025 15:29 
                
                
                    
                        Aceh: Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), menyoroti betapa pentingnya menjaga hutan (Leuser) sebagai salah satu aset terbesar Aceh. Mualem mengingatkan agar jangan ada lagi suara mesin chinsaw di hutan Leuser.
Hal tersebut disampaikan saat Mualem melantik Bupati dan Wakil Bupati terpilih Kabupaten Aceh Tenggara, Muhammad Salim Fakhry dan Heri Al Hilal untuk periode 2025-2030. Menurut Mualem, hutan leuser bukan hanya kekayaan alam yang harus dilestarikan, tetapi juga modal utama untuk pembangunan daerah. Terutama untuk mengatasi permasalahan bencana alam seperti banjir bandang yang kerap melanda Aceh Tenggara.
"Suara mesin chainsaw di hutan harus dihilangkan. Artinya, penebangan liar harus diberantas. Jika kita ingin menghentikan bencana ini, maka kita harus melindungi hutan dan menghilangkan praktik penebangan liar," kata Mualem, Rabu, 19 Februari 2025.
Gubernur Aceh menambahkan, keberadaan hutan ini tidak hanya memberikan manfaat ekosistem yang luar biasa. Namun, juga memiliki potensi besar untuk pariwisata yang bisa mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat Aceh Tenggara.
 
"Hutan Leuser adalah modal kita. Kalau kita jaga dengan baik, bukan hanya kesejahteraan yang kita raih, tetapi dunia akan datang ke Aceh Tenggara. Seperti Bali yang berhasil memelihara alam untuk pariwisata, kita juga bisa membangun pariwisata dengan alam yang kita miliki," jelasnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tenggara mencatat bencana alam selama tahun 2024. Kejadian tersebut mulai dari musibah bencana alam banjir sungai yang terjadi sebanyak 15 kali dan banjir bandang 1 kali.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Aceh Tenggara, Mohd Asbi, mengatakan angka atau intensitas kejadian bencana tahun 2024, sedikit mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kejadian bencana tahun 2023 lalu.
Sebagai Informasi, Saat ini 92 persen luas Aceh Tenggara masuk ke dalam wilayah Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), hutan dengan nilai konservasi tinggi. Luasan wilayah Aceh Tenggara ini totalnya mencapai 414.664 hektare, yang 380.457 hektare di antaranya masuk ke dalam KEL.
Berdasarkan SK 580, luas KEL di Aceh Tenggara awalnya  380,457 hektar, terus mengalami penyusutan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Sisa KEL pada 2022 hanya 326,048 hektar, ada terjadi penyusutan seluas 54,409 hektare. Artinya 14.30 persen itu hilang tutupan hutan di KEL yang ada di Aceh Tenggara.
Hutan Lindung di Aceh Tenggara berdasarkan SK 580 seluas 79.267 hektar, sekarang tersisa hanya 68.218 hektar. Artinya pada 2022 terjadi kehilangan tutupan hutan di kawasan ini seluas 11.049 hektar, hampir dua kali lipat luasan kota Banda Aceh.
Kemudian Taman Nasional (TN) di Aceh Tenggara awalnya luasan 278.205 hektar, sekarang  tersisa 257.610 hektar, artinya telah terjadi kehilangan 20.595 hektar pada 2022 atau hampir setara 4 kali luasan kota Banda Aceh.
Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) merupakan salah satu hamparan hutan hujan tropika terkaya di Asia Tenggara. KEL adalah lokasi terakhir di dunia yang ditempati gajah Sumatra, badak Sumatra, harimau Sumatra, dan orang utan Sumatra.