Harga Minyak Stabil, Efek Dolar yang Mengimbangi Kekhawatiran Pasokan AS

Ilustrasi. Foto: Unsplash.

Harga Minyak Stabil, Efek Dolar yang Mengimbangi Kekhawatiran Pasokan AS

Husen Miftahudin • 10 January 2025 10:10

Jakarta: Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), pasokan minyak mentah Amerika Serikat (AS), saat ini diperdagangkan di sekitar USD73,65 pada awal sesi Asia pada Jumat (10/1).
 
Pergerakan harga yang datar ini mencerminkan pengaruh dari penguatan dolar AS (USD), yang menyeimbangkan kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan. Dolar yang lebih kuat, sebagai akibat dari sikap hati-hati Federal Reserve (The Fed), telah membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga membatasi lonjakan harga WTI.
 
Dari analisis teknikal yang dilakukan oleh analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha, kombinasi candlestick dan indikator Moving Average menunjukkan tren bullish pada WTI kembali menguat. Berdasarkan proyeksi teknikal tersebut, harga WTI berpotensi naik hingga mencapai level USD75,8.
 
"Namun, jika momentum bullish ini gagal dipertahankan dan terjadi pembalikan arah (reversal), maka harga minyak berpotensi turun hingga target terdekat di USD72,8," ungkap Andy dalam analisis tersebut, Jumat, 10 Januari 2025.
 
Risalah FOMC yang dirilis pada Kamis (9/1) lalu, memberikan gambaran tentang pandangan hati-hati dari pejabat The Fed. Mereka mengindikasikan langkah penurunan suku bunga akan berjalan lebih lambat akibat ketidakpastian ekonomi, termasuk dampak kebijakan dari Presiden terpilih Donald Trump. Sikap ini turut mempengaruhi penguatan dolar AS, yang memberikan tekanan tambahan pada harga minyak.
 
Di sisi lain, terdapat beberapa faktor yang mendukung potensi kenaikan harga WTI. Kekhawatiran akan gangguan pasokan global terus meningkat, terutama setelah pemerintahan Biden mengumumkan rencana untuk memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap ekspor minyak Rusia menjelang pelantikan Presiden Donald Trump pada 20 Januari mendatang.
 
"Langkah ini dapat memperketat pasokan minyak global, yang secara historis cenderung mendukung kenaikan harga," jelas dia.
 

Baca juga: Harga Minyak Dunia Naik 1%, Ini Penyebabnya
 

Persediaan minyak mentah AS turun

 
Faktor lain yang mendukung kenaikan harga adalah laporan terbaru dari American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA), yang menunjukkan penurunan besar dalam persediaan minyak mentah AS.
 
Laporan mingguan API mencatat persediaan minyak mentah AS turun sebesar 4,022 juta barel pada minggu yang berakhir 3 Januari, jauh lebih besar dari ekspektasi pasar yang hanya memproyeksikan penurunan 250 ribu barel. Data ini mencerminkan meningkatnya permintaan energi, terutama di tengah musim dingin yang ekstrem di AS, Eropa, dan Asia.
 
Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta konflik Rusia-Ukraina yang terus berlangsung memberikan dukungan tambahan terhadap harga minyak. Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran pasar tentang stabilitas pasokan minyak global.


(Ilustrasi harga minyak dunia naik. Foto: Freepik)
 
Sementara itu, di sisi permintaan, langkah-langkah stimulus ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok berpotensi memberikan dorongan tambahan bagi harga minyak.
 
Pada Selasa (7/1), Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Tiongkok (NDRC) mengeluarkan pedoman baru untuk membangun pasar nasional yang lebih terpadu. Langkah ini bertujuan meningkatkan permintaan domestik dan memperkuat keterbukaan ekonomi Tiongkok, yang dikenal sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia.
 
Secara keseluruhan, harga minyak WTI hari ini diperkirakan akan bergerak dengan volatilitas tinggi. Proyeksi kenaikan ke level USD75,8 tetap kuat selama tren bullish dapat bertahan, didukung oleh data fundamental seperti penurunan persediaan minyak dan langkah stimulus ekonomi.
 
"Namun, risiko pembalikan arah ke USD72,8 tetap harus diantisipasi jika tekanan dari penguatan dolar AS terus berlanjut," tutup Andy.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)