Kemenag Rangkul Banyak Pihak Implementasikan Pesantren Ramah Anak

Ilustrasi Pesantren. Foto: MI/Abdus Syukur

Kemenag Rangkul Banyak Pihak Implementasikan Pesantren Ramah Anak

Ihfa Firdausya • 7 March 2025 13:50

Jakarta: Kementerian Agama menggelar konsolidasi nasional dengan sejumlah pihak. Konsolidasi dalam rangka memperkuat implementasi Pesantren Ramah Anak di seluruh Indonesia.

"Pesantren Ramah Anak lahir dari masalah publik karena ada munculnya masalah-masalah privat atau masalah internal yang di mana wilayahnya dianggap wilayah eksklusif otoritas-otoritas lembaga pendidikan, tapi karena kita negara hukum, maka lembaga pendidikan setidaknya harus menjadi ramah anak," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Arskal Salim, dalam keterangannya, Jumat, 7 Maret 2025.

Konsolidasi yang digelar secara daring ini melibatkan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia. Kemudian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Ma'had Aly se-Indonesia, para Kaprodi Fakultas Psikologi di PTKIN, Tim Inovasi dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), serta Komunitas Inklusi dari Madrasah dan Pesantren.
 

Baca: Menyeimbangkan Pelajaran Agama dengan Keterampilan Dunia Kerja

Arskal menekankan pentingnya aksi antar kementerian/lembaga, PTKIN, Ma’had Aly dan organisasi intelektual. Terutama, untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan mendukung tumbuh kembang anak.

"Maka ini adalah concern kementerian agama bersama kementerian, kampus dan organisasi-organisasi lainnya untuk mencapai aksi nyata," ujar Arskal,

Staf Khusus Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Zahrotun Nihayah sepakat dengan hal itu. Dia mengapriesiasi langkah Kemenag menjalin kolaborasi lintas sektor dalam mempercepat implementasi kebijakan perlindungan anak di lingkungan pesantren.

Dia berharap terobosan ini akan memperjelas peran kontribusi nyata untuk PSGA dan Intelektual Psikologi dalam Fakultas Psikologi seperti yang telah dilakukan oleh PPIM.

Zahrotun menyatakan perlu adanya Community Mental Health di Pesantren untuk para Santri agar kita tidak hanya memikirkan pengasuhan saja tapi juga memikirkan sisi psikologis santri.

Kasubdit Pendidikan Salafiyah dan Kajian Kitab Kuning Yusi Damayanti menjelaskan berbagai strategi dan tantangan dalam menerapkan konsep Pesantren Ramah Anak. Dalam sesi diskusi, peserta aktif menyampaikan gagasan, pengalaman, dukungan dan rekomendasi untuk memperkaya program yang sedang berjalan.

“Konsolidasi ini diharapkan menjadi titik tolak penguatan koordinasi dan inovasi kebijakan, demi mewujudkan pesantren yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga menjadi rumah yang penuh kasih sayang dan perlindungan bagi para santri di seluruh Indonesia,” katanya. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Sholahadhin Azhar)