Ilustrasi. Foto: MI/Pius Erlangga.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 19 September 2023, rupiah dibuka di level Rp15.379 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sembilan poin atau setara 0,06 persen dari Rp15.370 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.375 per USD, turun 10 poin atau setara 0,13 persen dari Rp15.365 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah pada perdagangan di sepanjang hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meskipun begitu, mata uang Garuda tersebut akan kembali ditutup melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.350 per USD hingga Rp15.430 per USD," ungkap Ibrahim dikutip dari analisis harian.
Baca juga: Dolar AS Tertekan 6 Mata Uang Utama Dunia
Tantangan ketidakpastian ekonomi
Ibrahim mengungkapkan, Bank Indonesia (BI) menekankan tiga tantangan utama yang perlu dicermati oleh pemerintah dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dalam beberapa tahun ke depan.
Ketiga tantangan tersebut antara lain meningkatnya fragmentasi ekonomi dan geopolitik yang bersumber tidak hanya dari konflik Rusia-Ukraina, namun juga tensi geopolitik antara Tiongkok dan Amerika Serikat serta bergesernya sumber
pertumbuhan ekonomi dunia.
Lalu, menyoal pesatnya perkembangan digitalisasi yang menyasar berbagai sektor ekonomi dan keuangan salah satunya sistem pembayaran, perlu didukung dengan inovasi yang memudahkan arus transaksi dalam perekonomian.
Kemudian, perubahan iklim dan demografi penduduk secara global. Sebagaimana tertuang dalam Paris Agreement, Indonesia berkomitmen untuk mereduksi emisi karbon sehingga dibutuhkan program transisi yang mampu turut menggerakkan faktor demografi demi mewujudkan ekonomi dan keuangan yang berkelanjutan.
"Untuk menanggapi berbagai tantangan tersebut, BI memperkuat bauran kebijakan yang terintegrasi mencakup kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, keuangan inklusif, dan hijau," jelas dia.
Kemudian, lanjut Ibrahim, pengembangan hilirisasi bernilai tambah tinggi untuk menopang ketahanan pangan, energi maupun sumber daya alam lainnya guna mendukung ketahanan ekonomi nasional.
"Serta membuka kerja sama perdagangan dan investasi dengan skema yang menguntungkan, dapat mengoptimalkan hilirisasi, dan mampu memberdayakan sumber pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," tutup Ibrahim.