Ilustrasi artificial intelligence. Foto: Istimewa
Ficky Ramadhan • 27 November 2025 13:34
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan komitmennya dalam mengoptimalkan kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI). Terutama, untuk mempercepat analisis, prediksi, dan respons bencana di Indonesia.
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani mengatakan bahwa percepatan transformasi digital kini menjadi keharusan, mengingat tantangan iklim dan kebencanaan semakin kompleks.
Menurutnya, fenomena global seperti El Nino, La Nina, Indian Ocean Dipole, hingga monsun dan angin lokal bergerak dinamis dan melibatkan jutaan data yang harus dibaca setiap detik.
"Tentunya BMKG menerapkan AI, menggunakan machine learning dan deep learning agar dapat membaca semua fenomena itu, kemudian memberikan informasi yang tepat, akurat, dan real-time di lokasi spesifik di seluruh Indonesia," kata Faisal dalam keterangannya, Kamis, 27 November 2025.
Saat ini, lanjut Faisal, BMKG mengoperasikan 191 stasiun serta lebih dari 10.800 Alat Operasional Utama (Aloptama), yang menghasilkan data masif setiap harinya. Teknologi AI memungkinkan BMKG mengolah semua data tersebut menjadi peringatan dini cuaca ekstrem, analisis gempa bumi, hingga prediksi iklim musiman tanpa bergantung pada metode manual yang memakan waktu.
"Tidak mungkin kita menganalisis semuanya secara konvensional. Karena itu, teknologi dipakai agar informasi yang kita hasilkan mudah dipahami masyarakat dan dapat memicu aksi nyata," tambah Faisal.
Ia menjelaskan bahwa kekuatan utama AI BMKG terletak pada database historis lebih dari 30 tahun, meliputi suhu, kelembapan, arah angin, intensitas hujan, dan parameter atmosfer lainnya. Data ini menjadi fondasi untuk memprediksi pola bahaya dengan presisi tinggi.
Ilustrasi artificial intelligence. Foto: Istimewa