Catat! Ini 6 Tren Wisata Indonesia di 2026

Desa Wisata Krebet Yogyakarta. Foto: dok Kemenpar.

Catat! Ini 6 Tren Wisata Indonesia di 2026

Ade Hapsari Lestarini • 17 December 2025 06:29

Jakarta: Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memaparkan generasi milenial dan Gen Z sebagai wisatawan digital-native yang mendorong munculnya berbagai tren pariwisata baru di Indonesia pada 2026.

Perkembangan teknologi seperti artificial intelligence (AI), internet of things (IoT), serta augmented reality dan virtual reality (AR/VR) menjadi pendorong terciptanya pengalaman perjalanan yang lebih personal, efisien, dan imersif, sekaligus menempatkan wisatawan sebagai pusat ekosistem digital pariwisata.

Mengacu laporan Indonesia Tourism Outlook 2025/2026, dilansir laman Kemenpar, Rabu, 17 Desember 2025, pemetaan tren pariwisata Indonesia 2026 dilakukan melalui metode analisis berlapis dan komprehensif. Analisis tersebut mencakup tinjauan literatur, survei para ahli, serta diskusi kelompok terpumpun untuk menangkap berbagai sinyal perubahan secara objektif.


Pulau Macan. Foto: dok Kemenpar


Hasil kajian tersebut menunjukkan terdapat enam tren pariwisata yang diprediksi berkembang di Indonesia pada 2026 dan selaras dengan tren global.
 

1. Cultural immersion atau pendalaman budaya.


Tren ini menekankan keterlibatan aktif wisatawan dalam kehidupan, tradisi, dan praktik budaya masyarakat lokal. Indonesia dinilai memiliki peluang besar melalui desa wisata seperti Nglanggeran, Tamansari Banyuwangi, Tetebatu Lombok Timur, dan Wae Rebo Manggarai. Wisatawan dapat tinggal di homestay, mengikuti aktivitas harian, serta mempelajari nilai dan filosofi hidup masyarakat setempat.
 

2. Eco-friendly tourism atau pariwisata ramah lingkungan.


Kesadaran wisatawan terhadap keberlanjutan mendorong pengembangan destinasi berbasis konservasi alam. Pulau Macan di Kepulauan Seribu menjadi contoh penerapan pariwisata ramah lingkungan melalui pemanfaatan energi surya, toilet kompos, serta kegiatan konservasi laut.
 

3. Nature and adventure-based tourism.


Wisata berbasis alam dan petualangan berkembang ke arah minat yang lebih spesifik, seperti geowisata gunung api, susur gua, dan eksplorasi bawah laut. Penerapan standar lingkungan global juga mulai menjadi perhatian, seperti yang dilakukan operator selam di Bali melalui kolaborasi dengan masyarakat lokal.
 

4. Culinary and gastronomy tourism.


Kuliner tidak lagi menjadi pelengkap, melainkan daya tarik utama destinasi. Desa wisata seperti Candirejo Magelang, Pujon Kidul Malang, dan Bonjeruk Lombok mengembangkan paket wisata gastronomi berbasis partisipasi, mulai dari proses produksi hingga penyajian makanan.


Ceningan, Bali. Foto: dok Kemenpar.
 

5. Wellness tourism.


Tren ini tumbuh seiring meningkatnya kesadaran wisatawan terhadap kesehatan fisik, mental, dan spiritual. Bali menjadi salah satu destinasi utama dengan paket yoga, meditasi, dan spa tradisional. Sementara itu, daerah lain seperti Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah mengembangkan konsep wellness berbasis alam, edukasi, dan budaya.
 

6. Bleisure atau perpaduan perjalanan bisnis dan rekreasi.


Perjalanan dinas yang diperpanjang untuk berwisata semakin umum, seiring berkembangnya ekosistem MICE, workation, dan wisata perkotaan. Kota seperti Yogyakarta, Denpasar, dan Bandung menyediakan berbagai fasilitas penunjang kerja sekaligus rekreasi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Ade Hapsari Lestarini)