Menteri Agus Dorong Reformasi Pemasyarakatan Lewat Beyond Beauty

Menteri Imipas Agus Andrianto saat membuka Bali Fashion Trend (BFT) 2025 di Ubud, Bali. Foto: Istimewa.

Menteri Agus Dorong Reformasi Pemasyarakatan Lewat Beyond Beauty

Anggi Tondi Martaon • 20 December 2025 00:08

Jakarta: Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) mendorong reformasi lembaga pemasyarakatan (lapas) melalui Beyond Beauty. Hal itu dilakukan dengan menggelar Bali Fashion Trend (BFT) yang digelar di Onyx Park Resort, Ubud, Gianyar, Jumat, 19 Desember 2025.

Melalui program Beyond Beauty, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan bersama Indonesia Fashion Chamber (IFC) menghadirkan karya fashion hasil kolaborasi desainer ternama dengan warga binaan dari 24 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto menegaskan bahwa program Beyond Beauty mencerminkan perubahan paradigma pemasyarakatan di Indonesia. 

Menteri Agus berharap, pemasyarakatan tidak lagi dipandang semata sebagai tempat menjalani hukuman. Melainkan sebagai ruang pembinaan yang memberi kesempatan kedua dan mempersiapkan warga binaan kembali berperan produktif di masyarakat.
 
“Kolaborasi ini bukan hanya tentang fashion atau produk. Ini tentang manusia, tentang harapan, dan tentang masa depan yang lebih baik bagi warga binaan pemasyarakatan,” ujar Agus melalui keterangan tertulis, Sabtu, 20 Desember 2025.
 
Melalui Beyond Beauty, warga binaan dilibatkan sebagai co-creator dalam industri fashion profesional. Beragam produk hasil pembinaan, seperti batik, anyaman, bordir, hingga kerajinan kulit, dikembangkan bersama para desainer Sofie, Lisa Fitria, dan Irmasari menjadi karya fashion kontemporer dengan nilai estetika dan daya saing komersial.
 
Eks Wakapolri itu menilai, proses kolaboratif tersebut tidak hanya memberikan keterampilan teknis. Tetapi juga membangun kepercayaan diri serta identitas positif warga binaan.
 
“Ketika karya mereka diapresiasi publik dan pasar, di situlah proses pemulihan harga diri dan kepercayaan diri benar-benar terjadi,” ungkap Menteri Agus.
 

Baca juga: Bantu Korban Banjir, Narapidana di Aceh dan Sumatra Dapat Remisi Khusus

Selain mendapatkan apresiasi publik, karya hasil kolaborasi tersebut mulai menarik minat pasar internasional. Salah satu desainer, Sofie, mengungkapkan bahwa dalam rangkaian Bali Fashion Trend telah menerima permintaan awal (order inquiry) dari buyer dari Prancis dan Malaysia. 

Minat tersebut dinilai sebagai sinyal positif atas kualitas dan daya saing produk hasil pembinaan warga binaan pemasyarakatan di pasar global.
 
Salah satu koleksi yang ditampilkan memadukan batik tradisional dengan desain urban modern kontemporer, bergaya street wear, dipadukan dengan motif, yang seluruh proses produksinya melibatkan warga binaan dari sejumlah unit pemasyarakatan di lapas Jambi, Bengkulu, Manado, Malang, Semarang, Pontianak, Sumenep, Madiun. Secara keseluruhan terdapat  24 unit lapas yang berkolaborasi dalam acara ini. 
 
Karya-karya tersebut dipersiapkan melalui pendampingan intensif. Mulai dari pengembangan desain hingga standar kualitas produk siap pasar.
 
Dalam kesempatan tersebut, Agus juga menyampaikan apresiasi kepada Indonesia Fashion Chamber, atas komitmen membuka ruang kolaborasi lintas sektor. Menurutnya, langkah tersebut mencerminkan peran aktif industri fashion dalam mendorong tanggung jawab sosial sekaligus penguatan ekosistem kreatif nasional.
 
Program kolaborasi ini, lanjut Agus, sejalan dengan arah reformasi pemasyarakatan serta implementasi nilai-nilai KUHP Baru 2025 yang menekankan pendekatan rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Dari sisi sosial dan psikologis, program ini membantu memulihkan kepercayaan diri warga binaan. Dari sisi sistemik, kolaborasi tersebut menjadi model integrasi pemasyarakatan dengan industri kreatif yang berpotensi direplikasi di berbagai daerah.
 
Ke depan, Kementerian Imipas berkomitmen mengembangkan program kolaborasi secara berkelanjutan melalui perluasan kerja sama dengan lebih banyak desainer dan brand fashion nasional, penguatan akses pemasaran produk warga binaan ke pasar domestik dan internasional, serta peningkatan kapasitas pembinaan di unit pelaksana teknis pemasyarakatan.
 
“Setiap warga binaan memiliki potensi untuk berubah dan berkontribusi. Tugas negara adalah membuka jalan, memberi kesempatan, dan menumbuhkan kepercayaan,” tegas Agus.
 
Melalui Bali Fashion Trend, kolaborasi antara pemasyarakatan dan industri fashion ini diharapkan tidak hanya menghasilkan karya kreatif bernilai ekonomi, tetapi juga menjadi inspirasi lahirnya kerja sama transformatif lainnya.

Ajang ini sekaligus menegaskan bahwa fashion tidak hanya berbicara tentang tren dan estetika. Tetapi juga tentang nilai kemanusiaan, inklusivitas, dan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Anggi Tondi)