Ilustrasi SPBU. Dok. Istimewa
Achmad Zulfikar Fazli • 2 March 2025 13:40
Jakarta: Pakar konversi energi Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswidjajanto Zaenuri mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir dan meragukan kualitas bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero), seperti Pertamax. Pertamina dinilai selalu menguji kualitas BBM melalui Lemigas maupun ITB.
”Jadi, gak perlu khawatir. Pertamina selalu menjaga kualitas sesuai standar Ditjen Migas. Secara rutin dilakukan pengujian untuk quality control,” kata Tri, dalam keterangannya, Minggu, 2 Maret 2025.
Tri menambahkan pengujian yang dilakukan, termasuk meyakinkan BBM seperti Pertamax, mampu mencegah kerak mesin. ”Makanya diuji melalui standar ASTM D6201. Dari pengujian itu, akan diketahui, apakah deposit yang akan ditimbulkan BBM tersebut banyak atau sedikit,” jelas dia.
Dia menjelaskan pengujian oleh ITB tidak dilakukan di kampus, tetapi di laboratorium milik surveyor Indonesia. Di situ juga diatur kadar aditif yang harus dilarutkan.
"Karena ada spesifikasi internasional yang membatasi jumlah kerak dalam mesin tidak boleh lebih dari 50 miligram per katup mesin,” papar Tri.
Menurut dia, aditif yang ditambahkan ke dalam BBM tidak bisa mengubah angka
research octane number (RON) dan volume BBM. Sebab, penambahan aditif sifatnya hanya untuk memperbaiki BBM dan tidak mengubah massa jenis, RON, viscositas dari BBM dan sebagainya.
Penambahan aditif, kata dia, justru mencegah timbulnya kerak, korosi, dan asam di dalam mesin. Sehingga, performa mesin sangat baik.
”Aditif Pertatec yang ditambahkan itu fungsinya adalah sebagai detergen,” kata Tri.
Detergen dimaksud, bukan sabun yang dimasukkan ke dalam bahan bakar. Zat tersebut, kata Tri, berfungsi menjaga kebersihan mesin yang dilewati bahan bakar. Fungsi kedua adalah dispersan, yaitu memecah kontaminan yang terbawa bahan bakar ke dalam mesin. Hal ini untuk mencegah proses korosi.
”Ketiga, adalah fungsi demulsifier. Artinya mencegah terbentuknya emulsi yaitu reaksi antara bahan bakar dengan air. Fungsi selanjutnya, sebagai antioksidan agar bahan bakar itu tidak mudah teroksidasi dan berubah menjadi kontaminan di dalam bahan bakarnya. Sebab, zat hidrokarbon seperti BBM kalau teroksidasi akan berubah sifat menjadi asam. Hal itu bisa merusak mesin yang terbuat dari logam," ujar dia.
Karena itu, dia meminta masyarakat termasuk pemakai
Pertamax, tidak perlu khawatir. Pengguna kendaraan yang terbiasa memakai Pertamax dinilai bisa merasakan jika BBM yang digunakan merupakan BBM RON 90. Misalnya, tarikan menjadi berat dan lebih boros. Hal itu terjadi akibat banyaknya kerak di dalam mesin.
”Nyatanya gak ada apa-apa selama itu,” kata Tri.
Mengenai kualitas BBM Pertamina, seperti Pertamax, sebelumnya juga disampaikan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Bahlil mengatakan blending dalam BBM adalah proses wajar.
”Boleh sebenarnya selama kualitasnya, spek-nya, sama,” kata Bahlil.
Bahlil meminta masyarakat tidak meragukan kualitas BBM Pertamina. Sebab, Pertamina tidak mungkin mencampur BBM dengan spek berbeda.
”Itu kan ada RON 90, 92, 95, 98. Yang bagus-bagus ini gak mungkin dicampur, itu (harus sesuai) spek-nya kok. Jadi jangan khawatir,” ujar dia.