Rupiah. Foto: dok MI.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan, di tengah perkasanya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap enam mata uang utama dunia.
Mengutip data Bloomberg, Jumat, 22 Agustus 2025, rupiah hingga pukul 09.25 WIB berada di level Rp16.332,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 44,5 poin atau setara 0,27 persen dari Rp16.288 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.278 per USD.
Di sisi lain, dolar AS menguat pada perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB) menjelang pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell Powell. Indeks dolar, yang mengukur nilai tukar greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,41 persen menjadi 98,619.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi USD1,1610 dari USD1,1655 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris melemah menjadi USD1,3419 dari 1,3452 pada sesi sebelumnya.
Dolar AS dibeli 148,35 yen Jepang, lebih tinggi dari 147,27 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,8089 franc Swiss dari 0,8040 franc Swiss.
Kurs dolar juga naik menjadi 1,3899 dolar Kanada dari 1,3872 dolar Kanada. Dolar AS pun menguat menjadi 9,6200 kronor Swedia dari 9,5903 kronor Swedia.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
NPI defisit USD6,7 miliar
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyampaikan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II-2025 tetap terjaga. Defisit transaksi berjalan tercatat rendah di tengah perlambatan ekonomi global dan harga komoditas. Sementara itu, transaksi modal dan finansial mencatat defisit yang terkendali di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.
Dengan perkembangan tersebut, NPI pada kuartal II-2025 mencatat defisit USD6,7 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2025 tetap tinggi sebesar USD152,6 miliar, atau setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi
cadangan devisa tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Transaksi berjalan mencatat defisit yang rendah. Pada kuartal II-2025, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar USD3,0 miliar atau setara dengan 0,8 persen dari produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dibandingkan dengan defisit USD0,2 miliar atau setara 0,1 persen dari PDB pada kuartal I-2025.
"Neraca perdagangan nonmigas tetap membukukan surplus, meski lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Junanto Herdiawan melalui siaran pers, Kamis, 21 Agustus 2025.
Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas menurun sejalan dengan harga minyak global yang lebih rendah. Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya, seiring dengan kenaikan pembayaran dividen dan bunga/kupon sesuai pola triwulanan. Surplus neraca pendapatan sekunder meningkat dipengaruhi kenaikan hibah dan remitansi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri.
Kinerja transaksi modal dan finansial tetap terkendali di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Investasi langsung membukukan peningkatan surplus dibandingkan kuartal I-2025 sebagai cerminan dari terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik.