Program Kesehatan di Seluruh Dunia Kesulitan Setelah Trump Tunda Dana Bantuan

Logo USAID. (Dok. USAID Albania)

Program Kesehatan di Seluruh Dunia Kesulitan Setelah Trump Tunda Dana Bantuan

Riza Aslam Khaeron • 2 February 2025 15:10

Washington DC: Program kesehatan global mengalami gangguan serius setelah pemerintahan Donald Trump memberlakukan penundaan 90 hari terhadap bantuan luar negeri. Keputusan ini telah menyebabkan penutupan berbagai inisiatif kesehatan yang menyelamatkan nyawa, termasuk program penanggulangan tuberkulosis, malaria, dan HIV di berbagai belahan dunia.
 

Dampak Langsung terhadap Program Kesehatan

Menurut laporan The New York Times, Sabtu, 1 Februari 2025, keputusan ini menyebabkan penghentian pengiriman obat-obatan esensial dan peralatan medis yang didanai oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID).

"Inisiatif kesehatan yang menyelamatkan nyawa dan proyek penelitian medis telah ditutup di seluruh dunia sebagai respons terhadap jeda 90 hari dalam bantuan luar negeri dan perintah penghentian kerja dari pemerintahan Trump," dikutip dari The New York Times pada 2 Februari 2025.

Di berbagai negara, dampak penghentian dana ini sangat terasa. Di Uganda, Program Pengendalian Malaria Nasional menghentikan penyemprotan insektisida dan distribusi kelambu bagi ibu hamil dan anak-anak.

Sementara itu, di Zambia, obat-obatan untuk mencegah perdarahan pada ibu hamil serta garam rehidrasi oral tidak dapat dikirimkan ke desa-desa terpencil karena kontrak transportasi yang didanai oleh USAID telah ditangguhkan. Hal serupa terjadi di Nigeria, Malawi, dan Haiti, di mana sistem distribusi pasokan medis juga terhenti, menghambat pengiriman kebutuhan medis dasar ke rumah sakit dan klinik.

Di Myanmar, pengiriman alat tes cepat malaria dan obat-obatan esensial tertahan, sementara jumlah kasus malaria meningkat hampir sepuluh kali lipat dari 78.000 kasus pada 2019 menjadi 850.000 kasus pada 2023.

"Organisasi yang selama ini menangani distribusi obat kini tidak memiliki pekerja yang tersisa untuk mendistribusikan pasokan meskipun obat-obatan telah tiba," tulis The New York Times. Di beberapa daerah, lebih dari 40 persen kasus malaria merupakan jenis yang sering mematikan bagi anak-anak di bawah usia lima tahun.

Meskipun obat-obatan ini termasuk dalam kategori "bantuan kemanusiaan darurat," banyak organisasi masih ragu mendistribusikannya tanpa kepastian administratif dari USAID.
 
Baca Juga:
Trump Bekukan Bantuan Asing AS, Website USAID Mendadak Offline
 

Penghentian Uji Klinis dan Pemecatan Massal

Keputusan ini juga berdampak pada penelitian medis global. "Puluhan uji klinis di Asia Selatan, Afrika, dan Amerika Latin telah ditangguhkan," tulis The New York Times. Ribuan peserta uji klinis yang tengah menjalani terapi dengan obat-obatan dan vaksin kini tidak dapat melanjutkan perawatan karena proyek-proyek penelitian dihentikan.

Selain itu, pemecatan massal terjadi di berbagai sektor kesehatan. "Dua pertiga staf President’s Malaria Initiative, sebuah organisasi yang didirikan oleh mantan Presiden George W. Bush dan merupakan donor terbesar bagi program serta penelitian malaria di seluruh dunia, telah dipecat," dikutip dari The New York Times. Bahkan, lembaga riset penyakit diare di Bangladesh telah memecat lebih dari 1.000 karyawannya dalam seminggu terakhir.

USAID juga telah memecat sekitar 500 pegawai berbasis di AS, sementara di berbagai negara seperti India dan Zimbabwe, staf yang terlibat dalam proyek kesehatan kehilangan pekerjaan secara mendadak.
 

Upaya Perbaikan dan Tantangan ke Depan

Pada Selasa, 30 Januari 2025, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengeluarkan pengecualian terhadap pembekuan dana untuk bantuan kemanusiaan darurat, termasuk obat-obatan esensial. Namun, menurut laporan The New York Times, masih banyak organisasi kesehatan yang belum mendapat kejelasan apakah pengecualian ini berlaku untuk program mereka.

"Program pengobatan HIV dan tuberkulosis yang ditutup telah diberitahu oleh kontak mereka di USAID bahwa mereka tidak dapat melanjutkan kerja hingga menerima instruksi tertulis bahwa pengecualian ini secara khusus berlaku untuk mereka."

Dalam beberapa hari terakhir, tekanan terhadap pemerintahan Trump semakin meningkat, dengan banyaknya protes dari komunitas kesehatan global. Meskipun seorang hakim federal telah membekukan kebijakan ini hingga 3 Februari 2025, kebanyakan proyek USAID masih dalam kondisi terhenti karena ketidakjelasan administratif.

Jika penghentian ini terus berlanjut, program kesehatan global akan menghadapi krisis yang semakin besar. Banyak pihak mendesak agar pemerintah AS segera mencabut pembekuan dana bantuan agar nyawa yang bergantung pada program kesehatan ini dapat terselamatkan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(M Rodhi Aulia)