Redenominasi Mata Uang Gagal di 6 Negara, Ini Penyebabnya

Ilustrasi. Foto: Dok MI

Redenominasi Mata Uang Gagal di 6 Negara, Ini Penyebabnya

Riza Aslam Khaeron • 12 November 2025 14:02

Jakarta: Rencana redenominasi mata uang rupiah sedang ramai menjadi perbincangan di Tanah Air. Mekanisme keuangan ini sejatinya sudah terjadi di banyak negara. Ada yang berhasil, ada pula yang gagal.

Kegagalan sejumlah negara menarik buat jadi bahan pembelajaran. Banyak faktor penyebabnya, mulai kebijakan dihentikan sebelum diterapkan, hingga implementasi yang gagal mencapai stabilitas ekonomi.

Berikut ini daftar negara yang gagal dalam upaya redenominasi mata uangnya.
 

1. Nigeria (2007)

Nigeria berencana meredominasi mata uang naira dengan memangkas dua nol pada 2007. Bank Sentral Nigeria mengumumkan niat untuk mengganti 100 naira lama menjadi 1 naira baru.

Namun, Presiden Umaru Yar’Adua membatalkan kebijakan tersebut pada Agustus 2007, dengan alasan kurangnya koordinasi lintas sektor dan kekhawatiran publik yang belum diatasi.

Redenominasi ini resmi ditangguhkan tanpa batas waktu.
 

2. Irak (2012)

Irak juga pernah berencana menghapus tiga nol dari dinar Irak untuk menyederhanakan transaksi dan laporan keuangan.

Meski telah disiapkan oleh Bank Sentral Irak, kebijakan ini ditunda pada 2012 akibat tekanan politik dan ketidakpastian keamanan pascakonflik. Hingga kini, redenominasi belum kembali dibahas secara serius.
 

3. Korea Utara (2009)

Pada 2009, pemerintah Korea Utara mengumumkan redenominasi won dengan memangkas dua nol dari mata uang lama.

Namun, redenominasi ini dilakukan secara paksa dengan pembatasan nilai tukar maksimum, yang membuat banyak warga kehilangan tabungan.

Hasilnya adalah krisis ekonomi mendadak, gangguan pasokan pangan, dan kerusuhan sosial. Pemerintah akhirnya menyampaikan permintaan maaf—sebuah tindakan langka—dan pejabat ekonomi yang bertanggung jawab dikabarkan dieksekusi.
 
Baca Juga:
Wacana Redenominasi Kembali Bergulir, BI: Perkuat Kredibilitas Rupiah
 

4. Zimbabwe (2006–2009)

Zimbabwe mengalami tiga kali redenominasi besar pada masa hiperinflasi ekstrem, masing-masing pada 2006, 2008, dan 2009.

Total pemangkasan mencapai 12 nol. Namun, redenominasi tidak diiringi perbaikan kebijakan fiskal maupun moneter.

Akibatnya, mata uang Zimbabwe kehilangan kepercayaan publik dan akhirnya ditinggalkan pada 2009. Zimbabwe kemudian menggunakan mata uang asing sebelum memperkenalkan kembali dolar Zimbabwe dan, pada 2024, mata uang baru bernama ZiG.
 

5. Venezuela (2008, 2018, 2021)

Venezuela menjalankan redenominasi bolívar sebanyak tiga kali: pemangkasan tiga nol pada 2008, lima nol pada 2018, dan enam nol pada 2021. Setiap kebijakan dilakukan saat inflasi melonjak tajam.

Namun, karena pemerintah tidak mengendalikan defisit fiskal, mencetak uang berlebihan, dan gagal memulihkan kepercayaan pasar, ketiga redenominasi hanya bersifat kosmetik tanpa menghentikan krisis ekonomi.
 

6. Yugoslavia (1990–1994) 

Selama periode 1990-an, Yugoslavia (kemudian Serbia dan Montenegro) mengalami hiperinflasi parah yang memaksa mereka meredominasi dinar berkali-kali. Pada 1993, redenominasi dilakukan dengan rasio 1:1 juta; tahun berikutnya, 1:1 miliar.

Namun, tanpa pengendalian inflasi dan dengan kondisi politik yang rapuh, kebijakan ini gagal. Stabilisasi baru tercapai setelah penggantian mata uang dengan novi dinar yang dipatok ke Deutsche Mark.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Arga Sumantri)