Harga Minyak Terus Melonjak karena Konflik Israel-Iran

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Harga Minyak Terus Melonjak karena Konflik Israel-Iran

Eko Nordiansyah • 15 June 2025 08:26

Houston: Harga minyak melonjak dan naik tujuh persen karena Israel dan Iran saling serang udara, yang memicu kekhawatiran investor bahwa pertempuran itu dapat mengganggu ekspor minyak dari Timur Tengah.

Dilansir Investing.com, harga minyak mentah Brent berjangka ditutup pada USD74,23 per barel, naik USD4,87 atau 7,02 persen, setelah sebelumnya melonjak lebih dari 13 persen ke level tertinggi intraday di USD78,50, level terkuat sejak 27 Januari. Harga minyak Brent naik 12,5 persen dari seminggu yang lalu.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup pada USD72,98 per barel, naik USD4,94 atau 7,62 persen. Selama sesi tersebut, WTI melonjak lebih dari 14 persen ke level tertinggi sejak 21 Januari di USD77,62. WTI naik 13 persen ke levelnya seminggu yang lalu.

Kedua acuan tersebut mengalami pergerakan intraday terbesar sejak 2022 ketika invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan lonjakan harga energi.

Israel serang Iran

Israel mengatakan telah menargetkan fasilitas nuklir Iran, pabrik rudal balistik, dan komandan militer pada hari Jumat di awal dari apa yang diperingatkannya akan menjadi operasi yang berkepanjangan untuk mencegah Teheran membangun senjata atom. Iran telah menjanjikan tanggapan yang keras.

Tak lama setelah perdagangan berakhir pada hari Jumat, rudal Iran menghantam gedung-gedung di Tel Aviv, Israel, menurut beberapa laporan media. Ledakan juga terdengar di Israel selatan.
 
Baca juga: 

Harga Minyak Dunia Diramal Bisa Tembus USD100/Barel Gegara Perang Iran-Israel



(Ilustrasi. Foto: Freepik)

Presiden AS Donald Trump mendesak Iran untuk membuat kesepakatan atas program nuklirnya untuk mengakhiri serangan berikutnya yang sudah direncanakan.

Perusahaan Penyulingan dan Distribusi Minyak Nasional Iran mengatakan fasilitas penyulingan dan penyimpanan minyak tidak rusak dan terus beroperasi.

Iran, anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), saat ini memproduksi sekitar 3,3 juta barel per hari (bph), dan mengekspor lebih dari 2 juta bph minyak dan bahan bakar. Kapasitas cadangan di antara OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, untuk memompa lebih banyak minyak guna mengimbangi gangguan apapun kira-kira setara dengan produksi Iran, menurut analis dan pengamat OPEC.

Penutupan jalur pelayaran Selat Hormuz

Perkembangan terbaru juga telah memicu kekhawatiran tentang gangguan di Selat Hormuz, jalur pelayaran vital.

"Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan Iran sepenuhnya terkunci dalam satu jalur kecil untuk ekspor," kata Rabobank dalam sebuah catatan, mengenai Selat tersebut.

Sekitar seperlima dari total konsumsi minyak dunia melewati selat tersebut, atau sekitar 18 hingga 19 juta barel per hari (bpd) minyak, kondensat, dan bahan bakar.

"Tindakan Israel sejauh ini telah menghindari infrastruktur energi Iran, termasuk Pulau Kharg, terminal yang bertanggung jawab atas sekitar 90 persen ekspor minyak mentah Iran," kata kepala penelitian komoditas di Societe Generale Ben Hoff.

"Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa eskalasi lebih lanjut dapat mengikuti logika 'energi untuk energi' di mana serangan terhadap infrastruktur minyak satu pihak dapat memicu serangan balasan terhadap pihak lain," kata Hoff.

Iran dapat membayar harga yang mahal atas pemblokiran Selat Hormuz, kata para analis pada hari Jumat.

"Ekonomi Iran sangat bergantung pada jalur bebas barang dan kapal melalui jalur laut, karena ekspor minyaknya sepenuhnya berbasis laut. Akhirnya, memutus Selat Hormuz akan menjadi kontraproduktif bagi hubungan Iran dengan satu-satunya pelanggan minyaknya, Tiongkok," kata analis JP Morgan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)