Fauzi, keluarga korban menunggu identifikasi empat ponakan korban musala ambruk Ponpes Al Khoziny. (MTVN/Amal)
Amaluddin • 7 October 2025 21:17
Sidoarjo: Keluarga korban tragedi ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo menuntut penegakan hukum terhadap pihak yang bertanggung jawab. Mereka mendesak aparat penegak hukum segera memproses kasus ini tanpa penundaan.
Fauzi, warga asal Bangkalan, Madura yang kini tinggal di Depok, Jawa Barat, mewakili suara keluarga korban. Meski putranya selamat dari musibah tersebut, empat keponakannya menjadi korban meninggal yang belum teridentifikasi.
"Saya tekankan, kalau ini ada pelanggaran hukum, maka harus diproses. Ini jelas kelalaian manusia. Hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu, siapapun yang terlibat," kata Fauzi saat ditemui di Surabaya, Selasa, 7 Oktober 2025.
Fauzi menegaskan proses hukum seharusnya berjalan paralel dengan evakuasi dan identifikasi korban. Ia meminta polisi tidak menunggu seluruh proses identifikasi selesai sebelum memulai penyelidikan.
"Penegakan hukum harusnya berjalan beriringan dengan evakuasi. Jangan tunggu identifikasi selesai, proses hukum bisa dilakukan sambil berjalan," ujar Fauzi.
Hingga saat ini, keluarga korban belum mengambil langkah hukum secara mandiri. Fauzi menyatakan kepercayaannya bahwa kepolisian telah memulai pemeriksaan terhadap berbagai pihak terkait.
"Untuk sementara kami masih berembuk dengan keluarga. Tapi kami percaya aparat penegak hukum sudah mulai menelusuri dan memeriksa pihak yang terlibat," jelas Fauzi.
Fauzi mengungkapkan kekecewaannya atas tidak adanya komunikasi dari pihak Ponpes Al Khoziny pascatragedi. Keluarga korban merasa diabaikan oleh pengelola pondok pesantren.
"Selama ini saya tidak ada komunikasi apa-apa dari pihak pondok," ucap Fauzi.
Ia berharap tragedi yang menewaskan puluhan santri ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Keselamatan dan keamanan dalam pembangunan fasilitas pendidikan harus menjadi prioritas utama.
"Ini bukan hanya musibah, tapi peringatan besar. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi," tandas Fauzi.
Tragedi ambruknya musala Ponpes Al Khoziny telah menelan puluhan korban jiwa. Proses identifikasi korban masih terus berlangsung di RS Bhayangkara Surabaya sementara keluarga menuntut keadilan untuk anak-anak mereka.