Demi Ekonomi Pulih Lagi, Bank Sentral Sri Lanka Tahan Suku Bunga di 8%

Jakarta: Bank Sentral Sri Lanka memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan utamanya tetap stabil pada tingkat 8,0 persen. Langkah ini diambil untuk mendukung pemulihan ekonomi negara tersebut dari krisis keuangan parah yang terjadi beberapa tahun lalu.

Mengutip Channelnewsasia, Kamis, 27 Maret 2025, keputusan ini sejalan dengan hasil survei Reuters, dimana sebagian besar analis dan ekonom telah memprediksi bahwa otoritas moneter akan menjaga suku bunga kebijakan.

Hal ini didorong oleh inflasi yang terkendali dan ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang positif. Selain itu, bank sentral menunggu pasar lebih beradaptasi dengan tingkat suku bunga baru sebesar 8,0 persen yang diberlakukan sejak November tahun lalu.
 

Baca juga: Indonesia-Sri Lanka Serukan Kerja Sama Transportasi Umum hingga Pertambangan

(Kepadatan kendaraan di Kota Kolombo, Sri Lanka. Foto: Xinhua/Tang Lu)
 

Pada 2024, Sri Lanka mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,0 persen, melampaui prediksi awal. Pencapaian ini menjadi titik balik setelah negara itu mengalami krisis keuangan hebat, termasuk kelangkaan dolar yang parah tiga tahun silam.  

"Dewan tetap yakin kebijakan moneter saat ini akan memastikan inflasi bergerak menuju target 5,0 persen sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi domestik," ucap Dewan Bank Sentral Sri Lanka dalam pernyataannya.

Pada Februari lalu, inflasi tahunan Sri Lanka tercatat minus 4,2 persen, jauh di bawah target bank sentral. Namun, inflasi diperkirakan akan kembali ke wilayah positif pada pertengahan 2025 dan mendekati tingkat yang ditargetkan pada akhir tahun.

Kebijakan ini mencerminkan upaya bank sentral untuk menyeimbangkan antara pengendalian inflasi dan stimulasi pertumbuhan ekonomi, sebagai bagian dari pemulihan berkelanjutan pascakrisis. (Avifa Aulya Utami Dinata)