Insiden memilukan itu terjadi dalam pesta pernikahan Maula Akbar dan Putri Karlina, yang semula dirancang sebagai perayaan terbuka untuk masyarakat. Namun, antusiasme warga yang membludak justru memicu
kerusuhan saat pembagian makanan, hingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Korban tewas dalam insiden itu terdiri dari seorang anak berusia 8 tahun, seorang lansia berusia 61 tahun, dan seorang anggota kepolisian yang saat itu bertugas mengamankan acara. Selain itu, belasan warga mengalami luka-luka ringan hingga berat, sementara beberapa lainnya pingsan akibat berdesak-desakan.
Tragedi ini memantik perhatian luas dari masyarakat dan media. Banyak yang mempertanyakan aspek keamanan dan protokol keselamatan dalam acara yang melibatkan massa dalam jumlah besar.
Santunan Rp250 Juta per Korban Meninggal
Sebagai bentuk empati dan tanggung jawab, Dedi Mulyadi beserta keluarga memberikan santunan sebesar Rp250 juta kepada masing-masing keluarga korban meninggal dunia. Rinciannya, Rp100 juta berasal dari pihak pengantin (anak Dedi Mulyadi), dan Rp150 juta lainnya merupakan dana pribadi dari Dedi Mulyadi sendiri.
“Atas nama Maula dan Putri, kami menyatakan bertanggung jawab terhadap seluruh peristiwa tersebut. Mohon maaf yang sebesar-besarnya. Ini bukan sekadar bentuk belasungkawa, tapi juga tanggung jawab moral,” ujar Dedi dalam pernyataan resminya, yang dikutip Minggu, 20 Juli 2025.
Selain itu, pihak keluarga juga menanggung seluruh biaya pengobatan korban luka dan memberikan bantuan langsung sebesar Rp10 juta untuk setiap korban yang dirawat di rumah sakit.
Dedi Mulyadi Sempat Larang Acara Makan Gratis
Dalam kesempatan terpisah, Dedi Mulyadi mengaku sempat memperingatkan panitia agar tidak menggelar acara makan gratis berskala besar tanpa pengamanan ketat. Namun, keinginan untuk berbagi kebahagiaan dengan rakyat tetap dijalankan oleh panitia pelaksana.
"Pesta makan gratis bersama memang saat di Pakuan sudah dua kali melarang agar tidak digelar lantaran melihat warga tidak bisa diprediksi. Biasanya mereka bawa satu menjadi tiga dan kegiatan ini saya tidak tahu," kata Dedi.
Walau demikian, Dedi tetap merasa ada tanggung jawab moral. Terlebih sebagai pemimpin daerah. Oleh sebab itu dia ingin permasalahan ini segera dituntaskan.
“Seorang gubernur harus hadir dan menyelesaikan persoalan seperti ini dengan baik, karena ini menyangkut nyawa warga. Ini adalah musibah yang tidak diharapkan terjadi,” lanjutnya.