Israel lakukan serangan ke Suriah di wilayah mayorita Druze. Foto: Al-Monitor
Suwayda: Otoritas Suriah pada Selasa dituduh melakukan eksekusi singkat terhadap warga sipil di Provinsi Suwayda yang mayoritas penduduknya beragama Druze. Ini merupakan tempat Israel melancarkan serangan terhadap pasukan pemerintah untuk membela minoritas agama tersebut.
Damaskus mengerahkan pasukan ke daerah tersebut setelah bentrokan antara pejuang Druze dan suku Badui menewaskan banyak orang, dengan menteri pertahanan Suriah mengumumkan gencatan senjata pada hari Selasa di kota Sweida, yang dimasuki pasukan pemerintah pada pagi hari.
Namun, warga mengatakan kepada AFP bahwa pengumuman tersebut tidak banyak berpengaruh di lapangan, menuduh pasukan pemerintah dan sekutu mereka mengamuk di permukiman Druze.
Kementerian Dalam Negeri mengakui bentrokan berlanjut hingga malam hari. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan pada hari Selasa bahwa pasukan pemerintah Suriah dan sekutu mereka telah mengeksekusi 21 warga sipil Druze di dan sekitar Sweida.
“Mereka termasuk di antara setidaknya 203 orang yang tewas dalam kekerasan sejak Minggu dini hari, termasuk 93 anggota pasukan keamanan, 71 warga Druze lainnya, dan 18 warga Badui,” menurut pemantau perang itu, seperti dikutip
AFP, Rabu 16 Juli 2025.
“Pasukan dari Kementerian Pertahanan dan Dalam Negeri melakukan eksekusi lapangan terhadap 12 warga sipil setelah menyerbu wisma tamu keluarga Radwan di kota Suwayda,” kata Observatorium sebelumnya.
Kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan pemerintah juga bertanggung jawab atas penembakan tiga saudara kandung di depan ibu mereka di Provinsi Sweida, menurut pemantau tersebut.
Rayan Maarouf, pemimpin redaksi situs web berita Suwayda 24, mengatakan pasukan keamanan telah terlibat dalam "praktik biadab", menambahkan bahwa ada laporan warga sipil yang tewas, "puluhan dari mereka tetapi kami tidak memiliki angka pasti".
Serangan Israel
Meskipun sebagian besar pemimpin agama Druze sebelumnya menyatakan dukungan mereka terhadap pengerahan pasukan pemerintah setelah bentrokan dengan suku Badui, setidaknya satu tokoh senior mendesak perlawanan bersenjata, setelah sebelumnya menyerukan "perlindungan internasional".
Negara tetangga Israel, yang memiliki minoritas Druze sendiri, telah berusaha menampilkan diri sebagai pembela komunitas tersebut, sekaligus memperingatkan pemerintah Suriah agar tidak mempertahankan kehadiran militer di selatan Damaskus, yang dianggap Israel sebagai ancaman keamanan.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz mengumumkan serangan pada hari Selasa terhadap "pasukan dan persenjataan rezim" yang mereka katakan akan digunakan untuk melawan suku Druze.
"Kami bertindak untuk mencegah rezim Suriah melukai mereka dan untuk memastikan demiliterisasi wilayah yang berbatasan dengan Suriah," kata keduanya dalam pernyataan bersama.
Tak lama kemudian, militer Israel mengatakan telah mulai menyerang kendaraan militer di wilayah tersebut. Media pemerintah Suriah juga melaporkan adanya serangan.
Pemerintah Suriah yang dipimpin kelompok Islamis, yang pada hari Sabtu mengirimkan utusan ke Azerbaijan untuk pertemuan tatap muka pertama dengan seorang pejabat Israel, mengutuk "dengan sekeras-kerasnya agresi Israel yang berbahaya", dan memperingatkan bahwa mereka berhak untuk membela diri.
Serangan tersebut menewaskan sejumlah personel keamanan, kata Kementerian Luar Negeri, serta "beberapa warga sipil tak berdosa".
Utusan khusus AS Tom Barrack -,yang pemerintahannya bersekutu erat dengan Israel dan telah berusaha memulihkan hubungannya dengan Suriah,- menyebut kekerasan tersebut "mengkhawatirkan".
“Washington menginginkan hasil yang damai dan inklusif bagi suku Druze, suku Badui, pemerintah Suriah, dan pasukan Israel,” pungkas Barrack.