Mamdani Tak Akan Ragu Tangkap Perdana Menteri Israel

Wali Kota Terpilih New York Zohran Mamdani. Foto: The New York Times

Mamdani Tak Akan Ragu Tangkap Perdana Menteri Israel

Fajar Nugraha • 7 November 2025 08:20

New York: Sebelum pemilu, Wali Kota Terpilih New York Zohran Mamdani telah menyatakan bahwa ia akan menginstruksikan Kepolisian New York untuk menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika ia berkunjung. Ini merupakan sikapnya atas isu Palestina.

Adapun ucapan Mamdani menurutnya sesuai dengan surat perintah penangkapan Mahkamah Pidana Internasional atas dugaan kejahatan perang di Gaza yang dikeluarkan untuk Benjamin Netanyahu.

Namun, ia juga berulang kali menekankan penolakannya terhadap anti-Semitisme. “Tidak ada tempat bagi anti-Semitisme di New York atau Amerika Serikat,” tegas Mamdani, seperti dikutip dari the New York Times, Jumat 7 November 2025.

Mamdani juga berjanji untuk membangun balai kota yang mendukung warga Yahudi di New York dan tidak akan ragu untuk memerangi anti-Semitisme.


Reaksi kemenangan

Kemenangan Zohran Mamdani dalam pemilihan wali kota New York City telah memicu berbagai reaksi, mulai dari kebanggaan atas tanah kelahirannya, Uganda, tepuk tangan dari rekan sejawatnya di London, hingga kemarahan dari diplomat tertinggi Israel di AS.

Mamdani, seorang sosialis demokrat yang memproklamirkan diri, akan menjadi wali kota Muslim pertama di kota itu. Kemenangannya membuat sebagian orang di Afrika berseri-seri karena bangga akan putra dari kampung halamannya.

Mamdani lahir di Uganda, negara Afrika Timur, 34 tahun yang lalu, kemudian tinggal di Afrika Selatan selama dua tahun sebelum pindah bersama keluarganya ke New York saat masih kecil.

"Momen yang luar biasa! Indah sekali! Saya sangat gembira!" sorak Joseph Beyanga, CEO Asosiasi Penyiaran Nasional Uganda, sambil mengangkat tangannya ke udara saat berbicara dengan CBS News.

Beyanga mengatakan ia adalah mentor Mamdani ketika calon wali kota terpilih itu magang di salah satu surat kabar terkemuka di Uganda, Daily Monitor, saat liburan SMA.

"Apa pun yang ingin ia lakukan, tidak ada jalan tengah. Ia selalu menginginkan yang terbaik," kenang Beyanga.

"Lalu saya menyadari ia tidak hanya tertarik pada isu-isu terkini. Ia tertarik pada bagaimana isu-isu terkini memengaruhi masyarakat. Jika kita bicara tentang uang besar, anggaran, dan sebagainya, bagaimana hal ini memengaruhi orang terakhir ia tertarik pada bagaimana hal itu memengaruhi masyarakat,” ungkap Beyanga.

"Ketika tiba saatnya berinteraksi dengan orang-orang, ia berbicara kepada orang-orang sambil menatap langsung," kata Beyanga.

Di Inggris, Wali Kota London Sadiq Khan -,yang menjadi pemimpin Muslim pertama di ibu kota Inggris tersebut ketika pertama kali terpilih pada tahun 2016,- menyuarakan solidaritasnya dengan rekan barunya. Khan saat ini sedang menjalani masa jabatan ketiganya secara berturut-turut.

"Warga New York menghadapi pilihan yang jelas antara harapan dan ketakutan -,dan seperti yang telah kita saksikan di London,- harapan menang," ujar Khan dalam sebuah unggahan media sosial.

"Selamat kepada Zohran Mamdani atas kampanye bersejarahnya,” imbu Khan.

Setelah kemenangan Mamdani dalam pemilu, majalah Time menerbitkan sebuah artikel karya Khan, yang menyebutnya "luar biasa" bahwa dua kota paling berpengaruh di dunia akan dipimpin oleh orang-orang dengan keyakinan yang sama.

"Namun -,di dua kota paling beragam di dunia,- hal itu agak tidak relevan," kata Khan.

"Kami menang bukan karena keyakinan kami. Kami menang karena kami menanggapi kekhawatiran para pemilih, alih-alih memanfaatkannya,” ucap Khan.

"Wali Kota Mamdani dan saya mungkin tidak sependapat dalam segala hal. Banyak tantangan yang dihadapi kota-kota kita serupa, tetapi tidak identik. Namun, kesampingkan perbedaan kebijakan, dan jelas bahwa kita dipersatukan oleh sesuatu yang jauh lebih fundamental: keyakinan kita pada kekuatan politik untuk mengubah hidup masyarakat menjadi lebih baik,” jelas Khan.

Mamdani, seorang pendukung setia hak-hak Palestina, telah dituduh antisemitisme dan pro-Hamas, tuduhan yang dibantahnya.

Ia juga dikritik karena menolak mengecam frasa "globalisasikan intifada". Intifada adalah kata Arab yang berarti pemberontakan, tetapi secara luas dipandang sebagai slogan yang memicu kekerasan terhadap Israel. Namun, selama kampanyenya, ia mengatakan akan "mencegah" orang lain menggunakan frasa tersebut dan bahwa "itu bukan bahasa yang saya gunakan."

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)