IBM. Foto: Unsplash.
Beijing: Raksasa komputer Amerika Serikat (AS), IBM, mengonfirmasi akan menutup cabang penelitian dan pengembangannya di Tiongkok.
Beberapa karyawan mengatakan mereka telah diberitahu dalam pertemuan singkat akan memberhentikan tim penelitian dan pengembangannya di Tiongkok dan memindahkan operasinya ke negara lain.
Juru bicara IBM mengatakan perusahaan menyesuaikan operasinya sesuai kebutuhan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada klien.
"Perubahan ini tidak akan berdampak pada kemampuan kami untuk mendukung klien di seluruh wilayah Tiongkok Raya," jelas IBM, dilansir
Channel News Asia, Selasa, 27 Agustus 2024.
Para karyawan mengatakan lebih dari 1.000 pekerjaan di Tiongkok mungkin akan diberhentikan dan tidak jelas ke mana perusahaan akan memindahkan operasinya.
“Hari ini baru diumumkan secara resmi,” kata salah satu pegawai yang enggan disebutkan namanya.
Karyawan tersebut, yang mengatakan bahwa dia telah bekerja untuk IBM selama 10 tahun, mengatakan semua orang relatif tenang.
"Rasanya lebih seperti perpisahan yang damai," jelas dia.
Perusahaan ini telah beroperasi di Tiongkok selama beberapa dekade dan mempekerjakan ribuan orang di negara tersebut.
Tim penelitian dan pengembangannya berbasis di beberapa kota termasuk Beijing, Shanghai dan Dalian. Anggota tim tersebut mengatakan mereka diblokir dari mengakses server perusahaan selama akhir pekan.
Ketegangan AS-Tiongkok telah menyebabkan banyak perusahaan internasional memberhentikan karyawannya atau merelokasi sebagian operasi mereka di Tiongkok ke tempat lain.
Pemindahan raksasa teknologi
The Wall Street Journal melaporkan pada Mei bahwa raksasa teknologi Microsoft tahun ini telah meminta ratusan karyawannya yang berbasis di Tiongkok dalam operasi komputasi awan dan kecerdasan buatan untuk dipindahkan ke luar negeri. Langkah ini dimotivasi oleh meningkatnya pengawasan terhadap kehadirannya di Tiongkok.
Perusahaan-perusahaan AS di Tiongkok semakin mengeluhkan lingkungan bisnis yang mereka anggap tidak adil, dengan terbatasnya perlindungan terhadap kekayaan intelektual dan perlakuan istimewa yang diberikan kepada pesaing dalam negeri.
Kekhawatiran tersebut diperparah tahun lalu dengan tindakan keras terhadap perusahaan konsultan AS yang beroperasi di Tiongkok.