Nilai Budaya dan Tradisi Bangsa Wajib Dikembangkan di Dunia Digital

Tangkapan layar webinar

Nilai Budaya dan Tradisi Bangsa Wajib Dikembangkan di Dunia Digital

Medcom • 21 September 2024 15:30

Jakarta: Wajah budaya dan tradisi suatu bangsa pada masa kini amat ditentukan oleh literasi digital. Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia punya kekayaan budaya dan keragaman yang menjadi identitas utamanya. 

"Nilai-nilai toleransi, gotong royong, yang telah tertanam kuat dalam kehidupan bermasyarakat menjadi elemen penting yang harus terus dijaga dan dikembangkan di dunia digital," kata Program Officer Asia Search for Common Ground, Gracia Satya Widi Respati, melalui keterangan tertulis yang diterima, Sabtu, 21 September 2024.

Pernyataan Gracia itu diungkapkan dalam webinar Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Etika Digital: Menjaga Tradisi, Merajut Inovasi. Diskusi diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada Jumat, 20 September 2024.

Menurut dia, dunia digital yang sehat dan inklusif menjadi kunci dalam menciptakan ruang maya yang aman. Menghargai perbedaan dan mendorong dialog positif pun harus dilakukan oleh semua masyarakat Indonesia. Itu sebabnya, lanjut Gracia, upaya menumbuhkan nilai-nilai toleransi di dunia digital harus terus dilakukan.

Merujuk data Indeks Literasi Digital Indonesia pada 2022, Indonesia berada di level 3,54 poin dari skala 1 sampai 5. Hal ini menandakan tingkat literasi digital masyarakat Indonesia masih dalam kategori sedang. 

Namun, meskipun ada peningkatan, dalam literasi digital skor indikator budaya digital justru menurun dari yang awalnya 3,9 menjadi 3,84 atau turun 0,06 poin. Hal ini menunjukkan pentingnya pendekatan yang aplikatif dalam mengintegarsikan budaya digital.
 

Baca: Membawa Kebaya Jadi Warisan Dunia

Gracia mengatakan penurunan nilai toleransi budaya itu biasanya terjadi di media sosial yang kerap memberikan narasi-narasi negatif. Diperparah lagi dengan algoritma ketertarikan yang membuat seseorang akan disuapi terus-menerus dengan informasi tersebut. 

"Di sisi lain teknologi juga menjadi kesempatan membuat kita terpecah. Dengan teknologi apalagi di media sosial, kita bisa berinteraksi secara anonim yang membuat kita lebih berani." 

"Algoritma di media sosial seperti informasi yang menggema. Ketika narasi-narasi yang didapat menjadi suatu yang negatif, itu yang kemudian membuat kita terpolarisasi,” kata Gracia. 

Namun, jika teknologi digital dapat dimanfaatkan dengan baik, nilai toleransi dan tradisi budaya yang menjadi wajah Indonesia dapat tersebar ke seluruh belahan dunia. "Sebaliknya, jika warga Indonesia memiliki etika yang buruk, maka perspektif dunia terhadap negeri ini juga akan menjadi tidak baik," kata dia. 
 

Rawat nilai Pancasila

Director Paberik Soeraja Rakjat, Rane Hafied,  mengatakan dalam kehidupan sehari-hari tak terkecuali ketika beraktivitas di dunia digital, kita harus menerapkan nilai-nilai Pancasila. Hal ini sebagai perwujudan wajah Indonesia yang sesungguhnya. 

"Contoh yang paling gampang kita belajar dari sila-sila Pancasila bagaimana mencakup segala aspek. Dan itu adalah budaya yang kita sepakati bersama sebagai orang Indonesia,” kata Rane. 

Contoh pemanfaatan teknologi digital yang baik adalah mendunianya tradisi batik. Dunia kini meyakini batik adalah milik Indonesia. Hal itu disampaikan Putra Batik Nusantara 2018 Community Empowerment Manager IAAPPBN 2024-2027, Fariz P Mursyid.

"Saya rasa teknologi digital memang bisa membawa perubahan yang signifikan dalam kelestarian budaya Indonesia, khususnya batik. Dengan adanya digitalisasi, batik ini bisa jadi lebih mudah untuk diakses dan diperkenalkan secara global," kata Putra.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Wandi Yusuf)