Jelang Iduladha, Bapanas Gencarkan Gerakan Pangan Murah

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi. Foto: dok KLIP Kemenko Perekonomian.

Jelang Iduladha, Bapanas Gencarkan Gerakan Pangan Murah

Media Indonesia • 15 June 2024 13:51

Jakarta: Jelang hari raya Iduladha 1445 Hijriah, Badan Pangan Nasional (Bapanas) bersama pemerintah daerah dan stakeholders terkait, terus gencarkan Gerakan Pangan Murah (GPM) di berbagai daerah.
 
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menjelaskan, GPM dilaksanakan untuk menjaga daya beli masyarakat dan pada momentum hari besar keagamaan nasional, permintaan (demand) terhadap bahan pangan mengalami kenaikan.
 
Hal ini perlu diimbangi dengan penguatan pasokan untuk menjaga stabilitas harga karena stabilitas pasokan dan harga pangan menjadi salah satu faktor penting dalam pengendalian inflasi.
 
"GPM menjadi sebuah aksi strategis yang terus kita laksanakan dan kita dorong bersama stakeholder terkait hingga ke seluruh daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota," terang Arief dikutip dari keterangan yang diterima pada Sabtu, 15 Juni 2024.
 
GPM, lanjut dia, juga kita terus disampaikan dan menjadi komitmen bersama dalam rapat-rapat pengendalian inflasi yang digelar secara rutin di Kemendagri. "Sehingga terbangun kesepahaman yang sama bagaimana kita harus menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan, khususnya pada momen HBKN seperti Iduladha," sebut Arief.
 
Diketahui, GPM merupakan salah satu langkah aksi Bapanas dalam menjaga dan mengendalikan inflasi. "Sejak Januari hingga Juni 2024, GPM dilaksanakan sebanyak 5.036 kali di 38 provinsi dan 514 kabupaten/kota. Sedangkan khusus untuk bulan Juni 2024, GPM digencarkan di 281 titik di 16 provinsi dan 83 kabupaten/kota," jelas dia.
 

Baca juga: Harga Cabai di Pasar Kramat Jati Naik hingga Rp70 Ribu/Kg
 

Pengendalian inflasi jadi fokus pemerintah

 
Pentingnya pengendalian inflasi, khususnya inflasi pangan, ditegaskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Rakornas Pengendalian Inflasi.
 
Meskipun inflasi terjaga 2,84 persen dan terjaga di kisaran target pemerintah sebesar 2,5 persen plus minus satu, Kepala Negara mengingatkan pemerintah daerah untuk tetap waspada dan berhati-hati dengan memonitor secara langsung pertumbuhan ekonomi di lapangan. Hal tersebut dikarenakan dampak dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi dirasakan secara langsung oleh rakyat.
 
"Sekarang inflasinya 2,84 (persen), growth, pertumbuhan ekonominya 5,11 persen. Nah ini segar kalau seperti ini. Tapi kita harus tetap waspada, hati-hati, tidak boleh lengah tantangan ke depan tidak mudah," ucap Jokowi.
 
Kepala Negara juga menegaskan pentingnya sektor pangan dan korelasinya dengan inflasi yang harus diperhatikan oleh semua pihak.
 
"(Terhadap) urusan pangan hati-hati masalah ini. FAO mengatakan jika didiamkan, tidak ada pergerakan apa-apa, (maka) 2050 dunia akan mengalami kelaparan. Ini yang harus direncanakan diantisipasi sejak mulai sekarang. Jangan main-main urusan kekeringan, larinya nanti bisa ke inflasi," ucap dia.
 
"Begitu stok (pangan) tidak ada, produksi berkurang, artinya harga pasti akan naik. Hukum pasarnya seperti itu, dan itu adalah urusan kehidupan manusia," tambah Jokowi menjelaskan.
 
(NAUFAL ZUHDI)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)