Pasukan Korea Utara dalam sebuah parade. Foto: KCNA
Fajar Nugraha • 1 November 2024 15:42
Washington: Sekitar 8.000 tentara Korea Utara (Korut) yang mengenakan seragam militer Rusia dilaporkan akan dikerahkan dalam pertempuran melawan Ukraina dalam beberapa hari mendatang. Hal ini disampaikan pada Kamis lalu oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, bersama Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, dalam konferensi pers di Kementerian Luar Negeri AS.
Kedua pejabat AS tersebut menekankan bahwa pengerahan tentara Korea Utara dalam perang atau dalam peran pendukung di Ukraina akan menjadikan mereka target sah bagi militer Ukraina.
"Mereka belum terlibat dalam pertempuran, namun kami memperkirakan itu akan terjadi dalam beberapa hari ke depan" kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken dikutip dari RFA, Jumat, 1 November 2024.
Ia menjelaskan bahwa meskipun kelompok atau individu yang disebutkan belum ikut serta dalam pertempuran yang sedang berlangsung, pihak yang berbicara memperkirakan bahwa keterlibatan mereka dalam konflik tersebut akan terjadi dalam waktu dekat, yakni dalam beberapa hari ke depan.
Blinken juga menambahkan, terdapat sekitar 10.000 tentara Korea Utara yang sudah berada di Rusia, dengan 8.000 di antaranya ditempatkan di wilayah Kursk.
Tiga bulan lalu, pasukan Ukraina melancarkan serangan balasan ke Kursk, wilayah perbatasan Rusia, guna mengganggu jalur pasokan Rusia ke Ukraina dan memecah konsentrasi pasukan Moskow.
"Kremlin juga menyediakan seragam dan perlengkapan Rusia untuk mereka, yang menunjukkan jelas bahwa Rusia berencana menggunakan pasukan asing ini di garis depan pertempuran," kata Austin.
Menteri Pertahanan AS, Austin, mengungkapkan bahwa pasukan Rusia di Kursk melatih tentara Korea Utara dalam penggunaan artileri, drone, serta operasi infanteri, termasuk pembersihan parit.
Austin turut memperbarui seruan agar Tiongkok turut campur dalam meredakan konflik dengan mendesak sekutunya, Korea Utara dan Rusia, untuk tidak memperluas ketegangan di Ukraina.
“Jika Tiongkok serius ingin meredakan konflik, mereka seharusnya mempertanyakan Rusia tentang tindakan semacam ini,” kata Austin.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Yong-hyun, mengecam kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia yang dianggapnya ilegal. Ia menyerukan penarikan segera pasukan Korea Utara dari Rusia.
Di Dewan Keamanan PBB, Duta Besar Rusia tetap diam saat perwakilan AS mendesak tanggapan terkait keberadaan tentara Korea Utara di wilayah Rusia.
Korea Utara sendiri awalnya membantah pengiriman tentaranya ke Rusia namun belakangan mengubah sikap, dengan mengklaim bahwa pengerahan pasukannya sesuai dengan hukum internasional, meskipun masih menyebut laporan tersebut sebagai ‘rumor.’
Konflik ini kian mempertegas hubungan geopolitik antara keamanan Eropa dan Asia di tengah berkembangnya ‘poros baru’ yang melibatkan Korea Utara, Rusia, dan Tiongkok, seperti yang dicermati oleh pejabat AS dan Korea Selatan. (Angel Rinella)