Gedung Putih mulai hilang kepercayaan terhadap Israel. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 9 October 2024 16:37
Washington: Ketidakpercayaan Gedung Putih terhadap pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Ini terkait ulah Tel Aviv yang melancarkan banyak perang di seluruh wilayah Timur Tengah.
Kepercayaan Washington memudar saat Israel mempersiapkan tanggapannya terhadap serangan rudal balistik Iran minggu lalu. Teheran mengatakan, pihaknya melakukan serangan sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada Juli dan pembunuhan Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut, Lebanon bulan lalu.
Empat pejabat Amerika Serikat mengatakan kepada situs berita Axios bahwa Washington tidak menentang Israel melakukan pembalasan tetapi ingin Israel mengukur serangannya.
"Kepercayaan kami pada Israel sangat rendah saat ini, dan untuk alasan yang baik," kata salah satu pejabat, seperti dikutip laporan Axios, Rabu 9 Oktober 2024.
Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Presiden AS Joe Biden, mengatakan kepada mitranya dari Israel Ron Dermer minggu lalu bahwa AS mengharapkan "kejelasan dan transparansi" dari Israel saat merencanakan tanggapannya. Ini dipicu sebagian karena setiap serangan Israel memiliki implikasi bagi keamanan pasukan dan kepentingan AS di kawasan tersebut.
Sullivan memberi isyarat selama panggilan telepon bahwa jika pemerintahan Biden tidak diberi tahu sebelumnya, mereka tidak akan secara otomatis turun tangan untuk menggagalkan serangan rudal balistik lain dari Iran, kata Axios.
Dermer dilaporkan mengatakan Israel ingin terus memberi tahu AS, tetapi para pejabat skeptis bahwa itu benar.
AS tidak diberi tahu tentang pembunuhan Haniyeh oleh Israel, yang terjadi beberapa hari setelah Netanyahu meyakinkan Biden bahwa dia akan bekerja untuk memajukan gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan di Gaza, serta serangan yang menewaskan pemimpin Hizbullah dan serangkaian ledakan yang menargetkan perangkat komunikasi milisi tersebut.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dilaporkan sangat marah ketika dia diberitahu tentang serangan yang menewaskan Nasrallah beberapa menit setelah jet menjatuhkan puluhan bom di pinggiran selatan Beirut. Dia kesal karena waktu pemberitahuan tidak cukup untuk meningkatkan keamanan pasukan AS di wilayah tersebut.
Para pejabat mengatakan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memberi tahu Austin bahwa dia diperintahkan oleh Netanyahu untuk tidak memberi Washington peringatan dini.
Kunjungan Gallant ke Pentagon, yang akan berlangsung pada hari Rabu, dibatalkan pada menit terakhir, menurut Pentagon.
Pentagon tidak memberikan alasan, tetapi media Israel melaporkan bahwa Netanyahu melarang menteri pertahanannya terbang ke Washington sampai Biden meneleponnya secara langsung.
Keputusan Netanyahu selanjutnya untuk meninggalkan proposal gencatan senjata 21 hari yang didukung AS di Lebanon semakin mengikis kepercayaan AS, seperti halnya keputusan Israel untuk memerintahkan semua warga sipil Palestina di Gaza utara untuk melarikan diri ke selatan saat negara itu mempersiapkan serangan baru di wilayah tersebut.
Para pejabat AS mengatakan mereka khawatir bahwa arahan tersebut akan memicu kemungkinan pengepungan dan warga sipil Palestina tidak akan diizinkan untuk kembali.
"Mereka memberi tahu kami apa yang ingin kami dengar, masalahnya adalah kurangnya kepercayaan," kata seorang pejabat AS kepada Axios.