Foto udara permukiman penduduk yang terendam banjir di Desa Teupin Peuraho, Arongan Lambalek, Aceh Barat, Aceh, Kamis, 27 November 2025. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Fajri Fatmawati • 28 November 2025 22:58
Banda Aceh: Gangguan jaringan komunikasi di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, pascabencana tanah longsor dan banjir bandang menyebabkan kepanikan dan kecemasan di kalangan warga Banda Aceh. Mereka kesulitan menghubungi keluarga yang tinggal di wilayah terdampak, khususnya di sekitar Takengon, sehingga menimbulkan ketidakpastian mengenai kondisi keselamatan orang-orang terdekat.
Gangguan ini dilaporkan mulai terjadi sejak Rabu, 26 November 2025, bersamaan dengan eskalasi bencana yang melanda sejumlah wilayah di Aceh. Akibatnya, arus informasi dari dan menuju kawasan yang terisolir, seperti Aceh Tengah, terputus sama sekali.
.jpg)
Warga menyaksikan sejumlah rumah rusak tertimbun lumpur dan sampah kayu pascabanjir bandang di Desa Manyang Cut, Kecamatan Mereudu, Kabupaten Pidie, Aceh, Kamis, 27 November 2025. ANTARA FOTO/Ampelsa
Salah seorang warga Kota Banda Aceh, Lisa Hamzah, mengungkapkan kekhawatirannya yang mendalam. Keluarganya di Takengon, termasuk ibunya, hilang kontak sejak dua hari lalu.
"Kami terakhir komunikasi Selasa sebelum banjir, komunikasi biasa saja. Nah, mulai Rabu pas tau kejadian itu, hilang sinyal sepertinya di sana," kata Lisa kepada Metrotvnews.com, Jumat, 28 November 2025.
Ia menyatakan bahwa meskipun kabar yang beredar menyebutkan kondisi Kota Takengon relatif aman, ketiadaan sinyal membuatnya mustahil untuk memastikan kebenaran informasi tersebut dan kondisi keluarga secara langsung.
Kegelisahan yang sama dirasakan oleh banyak keluarga lain di Banda Aceh yang memiliki sanak saudara di wilayah terdampak bencana, mulai dari Langsa, Tamiang, Bener Meriah hingga Aceh Tengah. Situasi ini memicu keprihatinan akan keselamatan keluarga mereka yang masih terisolir dan sulit dijangkau.