Drone Israel banyak yang mengalir ke negara Arab.
Fajar Nugraha • 16 June 2023 07:13
Tel Aviv: Dari rekor tertinggi USD12,5 miliar ekspor pertahanan Israel pada tahun 2022, hampir USD3 miliar adalah kesepakatan ekspor dengan negara-negara Arab. Hal ini tentu mengejutkan, yang berarti seperempat senjata Israel berada di negara-negara Arab.
Hampir tiga tahun setelah penandatanganan Abraham Accords, menormalisasi hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko, ekspor industri pertahanan Israel pada tahun 2022 mencapai USD12,5 miliar. Angka itu jelas tertinggi sejak berdirinya negara Israel 75 tahun lalu, termasuk hampir seperempat dengan negara-negara Arab.
Sebuah laporan perdagangan yang diterbitkan oleh Kementerian Pertahanan Israel pada Rabu mengungkapkan bahwa dari keseluruhan ekspor, hampir USD3 miliar berasal dari perdagangan dengan negara-negara Arab.
Pada rekor tahun 2021 sebelumnya, Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) menyumbang USD853 juta dari ekspor senjata Israel senilai UAS11,4 miliar. Data tersebut disampaikan oleh Menteri Pertahanan Yoav Gallant kepada para pemimpin industri pertahanan Israel di markas Kementerian Pertahanan di Tel Aviv.
Kementerian itu tidak mempublikasikan perincian tentang berbagai kesepakatan yang dicapai dengan negara-negara Arab atau tingkat ekspor pertahanan ke masing-masing negara Abraham Accords.
Menurut laporan tersebut, ekspor meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2014, dan melonjak hingga 50 persen hanya dalam tiga tahun terakhir.
“Adapun drone menyumbang 25 persen dari ekspor 2022. Sementara rudal, roket, atau sistem pertahanan udara mewakili 19 persen,” laporan Kementerian Pertahanan Israel, seperti dikutip Al-Monitor, Jumat 16 Juni 2023.
Laporan tersebut mencatat bahwa konflik global dan regional di seluruh dunia telah berkontribusi pada peningkatan tersebut, seperti halnya pertempuran di Ukraina. Produk pertahanan Israel yang berkualitas tinggi juga disebut sebagai alasannya.
Kantor berita Reuters melaporkan September lalu bahwa Israel setuju untuk menjual sistem pertahanan udara portabel Spyder ke Emirates, yang diproduksi oleh perusahaan Rafael yang berbasis di Israel. Kedua negara menandatangani perjanjian zona perdagangan bebas Mei lalu.
Menteri Pertahanan Israel saat itu Benny Gantz mengunjungi Bahrain pada 2022, menandatangani perjanjian tentang kerja sama keamanan, tetapi sejak saat itu hanya sedikit yang dipublikasikan tentang kesepakatan pertahanan antara kedua negara.
Gantz mengunjungi Maroko pada 2021, menandatangani perjanjian kerja sama keamanan pertama kali dengan negara Arab. Antara lain, perjanjian tersebut mencakup komitmen untuk mempromosikan kesepakatan senjata. Sebuah laporan oleh i24, diterbitkan pada Juli 2022 saat Kepala Staf IDF Aviv Kochavi mengunjungi Rabat, mengungkapkan bahwa Maroko telah setuju untuk membeli drone kamikaze Harop Israel, dalam kesepakatan senilai USD22 juta.
Jumat lalu, penjabat Duta Besar untuk Maroko Shai Cohen mengungkapkan bahwa perusahaan teknologi pertahanan terkemuka Israel Elbit Systems akan membuka dua lokasi produksi di Maroko. Pengumuman ini muncul setelah adanya laporan bahwa Israel sedang mempertimbangkan untuk mengakui kedaulatan Maroko atas wilayah Sahara Barat yang disengketakan. Elbit tidak mengkonfirmasi laporan tersebut.