Suasana di Stasiun Manggarai. (Foto: MI/Susanto)
Jakarta: Kota Jakarta baru merayakan hari jadinya yang ke-496. Namun, seiring bertambahnya usia, permasalahan kemacetan masih menjadi momok bagi Jakarta.
Ya, kemacetan seperti makanan sehari-hari bagi warga Jakarta, apalagi ketika masuk jam-jam tertentu saat hari kerja.
Pemerintah bukannya tidak melakukan apa-apa, beragam cara sudah ditempuh baik melalui skema ganjil-genap hingga integrasi moda transportasi.
Berbicara moda transportasi, Presiden Jokowi sudah menyatakan Stasiun Manggarai bakal menjadi stasiun sentral yang diharapkan mampu diintegrasikan dengan moda transportasi massal lainnya. Harapannya untuk menekan kemacetan di Jakarta.
"Ini menjadi salah satu stasiun sentral, yang kita harapkan mengintegrasikan kereta antarkota, commuter line, kereta bandara, Transjakarta, semuanya saya harapkan terintegrasi sehingga memudahkan pergerakan mobilitas orang dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari wilayah satu ke wilayah lain," kata Presiden Jokowi.
Seiring ditetapkannya Stasiun Manggarai sebagai sentral, PT KAI Commuter Indonesia (KCI) juga menambah sebanyak 31 pengumpan (feeder) sebagai antisipasi kepadatan penumpang transif di Stasiun Manggarai terutama pada jam-jam sibuk.
"KAI Commuter mengoptimalkan sebanyak 31 perjalanan commuter line pengumpan tambahan dengan 17 perjalanan pada jam sibuk pagi hingga siang dengan relasi Manggarai-Angke/Kampung Bandan pp," kata Vice President Corporate Secretary PT KAI Commuter Indonesia (KCI) Anne Purba beberapa waktu lalu.
Anne mengungkapkan, pada jam sibuk sore hingga malam, KAI Commuter mengoperasikan sebanyak 14 perjalanan commuter line pengumpan tambahan untuk relasi Manggarai-Angke/Kampung Bandan dan Manggarai-Bekasi pp.
Menurut dia, kepadatan penumpang biasanya terjadi pada jam sibuk, yakni pukul 06.00 hingga 8.30 WIB dan 15.30 hingga 18.00 WIB sehingga tidak lebih dari tiga jam.
Nantinya kepadatan penumpang ini akan terurai sesuai dengan kereta tujuan yang waktu kedatangannya hampir bersamaan di Stasiun Manggarai (Jakarta Selatan).
Tak hanya menyiapkan pengumpan tambahan, Anne menyebut, adanya pembangunan perluasan Stasiun Manggarai oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.
"Saat ini pembangunan sudah 60 persen dan masih terus berlangsung," katanya.
Tujuan pembangunan ini sebagai bentuk perhatian pihaknya terhadap tingginya mobilisasi masyarakat dan merupakan lanjutan dari perubahan-perubahan sebelumnya.
PT KAI Commuter Indonesia bersama KAI Daerah Operasi 1 Jakarta juga terus berkoordinasi dengan DJKA dalam memenuhi fasilitas-fasilitas pelayanan yang ada di area Stasiun Manggarai (Jakarta Selatan).
Untuk meningkatkan pelayanan, KAI Commuter menyiagakan petugas-petugas yang siap melayani jika pengguna membutuhkan informasi dan bantuan.
KAI Commuter juga terus mengimbau kepada seluruh pengguna agar menggunakan aplikasi KRL Access untuk merencanakan perjalanan, mengecek jadwal perjalanan hingga kepadatan stasiun.
Penumpang masih mengeluh
Kendati banyak perubahan yang terjadi di Stasiun Manggarai, tetapi banyak penumpang yang masih mengeluh dan muncul di berbagai platform media sosial.
Rata-rata mereka mengeluh lantaran padatnya penumpang dan harus naik turun tangga di Stasiun Manggarai. Beberapa masyarakat mengeluh kalau Stasiun Manggarai sudah tidak nyaman dan banyak yang menyebut kalau pada jam-jam tertentu seperti bertempur dengan zombie, berkejaran dan berebutan naik kereta.
Belum lagi suasana di dalam kereta yang begitu padat, sehingga menjadi momok tersendiri bagi para pekerja yang harus menaiki kereta pada peak hour.
Tentu kondisi kepadatan Stasiun Manggarai perlu dipikirkan oleh para pemangku kepentingan sehingga para masyarakat merasakan kenyamanan dan keamanan saat menggunakan KRL. Jika segala fasilitas sudah diperhatikan, pastinya para masyarakat akan semangat menggunakan moda transportasi umum dan pastinya menekan angka kemacetan.
Uji Coba TransJakarta dan TransPakuan
Salah satu hal yang menjadi fokus mengurangi kemacetan di Jakarta adalah memaksimalkan TransJakarta. Bahkan, ada wacana TransJakarta akan bekerja sama dengan TransPakuan.
"Dalam waktu dekat kita mulai dengan uji coba dulu," kata Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) Welfizon Yuza di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat.
Dalam uji coba itu nantinya dievaluasi sebelum permanen. "Jadi kalau, misalnya, formatnya sudah ada beberapa opsi, nanti kita mulai uji coba, nanti kita mulai evaluasi, baru nanti ditindaklanjuti dengan yang sifatnya permanen," jelas dia.
Kerja sama TransJakarta-Trans Pakuan ini tertuang dalam "Momerandum of Understanding" (MoU) yang ditandatangani Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Transportasi Pakuan Kota Bogor dan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI pada Kamis, 11 Mei 2023.
"Salah satu isi dari MoU itu adalah membentuk tim bersama. Jadi untuk bisa mempercepat proses kerja sama ini, tim teknis lagi membahas dari sisi operasional dan layanannya atau dari sisi-sisi lainnya," ujar Welfizon.
Kerja sama TransJakarta-Trans Pakuan ini, kata Welfizon, dapat menjadi alternatif untuk mempermudah mobilitas warga di kedua daerah selain menggunakan kereta api dan transportasi lainnya serta sebagai upaya dalam mengurangi angkat kemacetan. Selain itu, Welfizon mengaku belum mengetahui jumlah armada Trans Pakuan yang akan disediakan dalam program penyambungan rute tersebut.
Saat ini, PT TransJakarta dan Perumda Transportasi Kota Bogor sedang menentukan titik awal keberangkatan Trans Pakuan dari Bogor beserta haltenya. "Jadi kita akan lihat, titiknya pun juga saat ini sedang dipelajari. Jadi dari Bogor itu titiknya di mana yang akan kita gunakan. Kalau untuk masuk Jakarta sudah pasti di Cibubur (Jakarta Timur). Tapi berangkat dari Bogornya ini sedang dipelajari," jelas Welfizon.
Penyambungan rute bus antara TransJakarta dengan Trans Pakuan ini tidak menambah beban keuangan daerah baik Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun keuangan TransJakarta sebagai perusahaan milik Pemerintah Provinsi DKI. Welfizon menerangkan pihaknya masih mencari skema bisnis atau pendanaan yang sesuai.
"Jadi kalau dari sisi pendanaan, dari sisi pembiayaan, prinsipnya itu tidak membebani keuangan DKI dan juga tidak membebani keuangan perusahaan," ungkap dia.
Pihaknya akan cari pola yang saat ini sedang dipelajari. "Kesediaan untuk membayar (willingness to pay), kemampuan untuk membayar (ability to pay) seperti apa," kata Welfizon.
Well, kita tunggu saja bagaimana kelanjutan integrasi moda transportasi hingga perbaikan fasilitas transportasi umum sehingga para pengguna transportasi mendapatkan kenyamanan.