Perawat AS Cerita Kondisi Menyedihkan Warga di Gaza

Perawat Amerika Serikat (AS) Emily Callahan. Foto: CNN

Perawat AS Cerita Kondisi Menyedihkan Warga di Gaza

Fajar Nugraha • 8 November 2023 16:36

Washington: Seorang perawat Amerika Serikat (AS) Emily Callahan yang baru saja dievakuasi dari Gaza, berbagi pengalamannya saat Israel lakukan serangan. Callahan mengatakan dirinya bertugas di Rumah Sakit Indonesia.

 

Callahan berbagi pengalamannya yang menyentuh pada Selasa 7 November 2023, dan menekankan hubungannya yang mendalam dengan wilayah tersebut dan masyarakatnya, yang berada di bawah pengeboman Israel. Menurut Callahan, para dokter dan perawat memilih untuk tetap tinggal karena mengetahui mereka akan mati.

 

“Hati saya ada di Gaza, dan akan tetap di Gaza,” kata Callahan dalam wawancara dengan Anderson Cooper dari CNN.

 

“Orang-orang Palestina yang saya bekerja dengan staf nasional kami di kantor serta staf saya di Rumah Sakit Indonesia adalah beberapa orang paling luar biasa yang pernah saya temui dalam hidup saya,” ujar Callahan saat itu.

 

Callahan bekerja dengan Doctors Without Borders dan tinggal di Gaza selama 26 hari setelah konflik dengan Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, meletus pada awal Oktober. Dia dievakuasi minggu lalu.

 

Dia mencontohkan sebuah insiden di mana semuanya tidak berjalan lancar, dan petugas kesehatan mendapat pemberitahuan untuk pindah ke Jalur Gaza selatan. Dia bilang dia mengirim pesan kepada perawat di Rumah Sakit Indonesia.

 

“Saya berkata: 'Kami kehilangan perawat di akhir pekan’,” ujar Callahan.

 

“Dia tewas saat ambulans di luar rumah sakit diledakkan,” kata Callahan.

 

Dia menceritakan bagaimana dia menghubungi rekan-rekannya untuk menanyakan apakah ada orang yang pindah ke selatan. Tanggapan yang diberikan adalah tekad yang teguh: “Inilah komunitas kami. Ini adalah keluarga kami. Ini adalah teman-teman kita. Jika mereka membunuh kami, kami akan mati demi menyelamatkan sebanyak mungkin orang.”

 

Menekankan dedikasi mereka, Callahan mengatakan, “Para dokter dan perawat tidak pergi, karena kesetiaan mereka kepada komunitas mereka. Saya ingin mengingatkan orang-orang bahwa mereka yang tertinggal adalah pahlawan.”

 

“Mereka tahu mereka akan mati, dan mereka tetap memilih untuk tetap tinggal,” sebut Callahan.

 

Callahan mencatat rutinitas hariannya mengirim pesan kepada setiap rekannya di pagi hari dan sebelum tidur untuk mengetahui apakah mereka masih hidup.

 

Israel melancarkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober. Setidaknya, 10.328 warga Palestina, termasuk 4.237 anak-anak dan 2.719 wanita, tewas di Gaza. Sementara serangan itu menewaskan lebih dari 1.400 orang di Israel.

 

Di tengah melonjaknya angka kematian, kebutuhan dasar semakin menipis di Gaza setelah Israel memberlakukan "pengepungan penuh" terhadap wilayah kantong tersebut sehingga pengiriman bantuan kemanusiaan hampir terhenti.

 

Dalam sebulan sejak perang dimulai, kurang dari 500 truk –,yang setara dengan pengiriman satu hari sebelum perang,– telah tiba di Gaza.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)