Ilustrasi. Foto: MI
Annisa Ayu Artanti • 16 April 2024 13:33
Jakarta: Penguatan dolar Amerika Serikat yang terjadi baru-baru ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan salah satu penyebab dolar terus menguat adalah menguatnya data ekonomi di Amerika yakni penjualan ritel di Amerika yang naik 0,7 persen dari bulan lalu.
"Di sisi lain pun juga inflasi yang masih cukup tinggi. Ini membuat Bank Sentral Amerika itu masih ragu apakah akan menurunkan suku bunga atau masih mempertahankan suku bunga," tutur Ibrahim di Jakarta, Selasa, 16 April 2024.
Perkembangan suku bunga The Fed
Menurutnya, terdapat kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga karena eskalasi politik yang cukup tinggi di Timur Tengah. Namun di sisi lain pun terdapat komentar-komentar dari pejabat Bank Sentral Amerika yang mengatakan bahwa ada kemungkinan besar Bank Sentral Amerika di semester kedua itu tidak akan menurunkan suku bunga.
"Walaupun menurunkan suku bunga kemungkinan hanya 25 kasus poin. Artinya apa? dari 75 basis poin yang ditargetkan itu hanya 25 kasus poin. Ini yang membuat indeks dolar kembali lagi mengalami penguatan ya di 106," tutur dia.
Ibrahim juga mengomentari mengenai perang Iran-Israel yang akan berimbas pada penguatan dolar AS.
"Kita lihat tadi malam Kementerian Perang di Israel memberikan satu pernyataan di akhir pekan Israel kemungkinan besar akan melakukan serangan balik terhadap gerak. Nah, ini yang membuat indeks dolar kemungkinan besar dia akan menuju di 110 ya atau di 112," ucap dia.
Jika mencapai level tersebut, indeks dolar AS akan berada di level tertinggi sepanjang masa dan ditakutkan oleh pasar.
Seperti diketahui, hari ini IHSG dan rupiah sudah melemah imbas dari dari kondisi geopolitik global dan menguatnya dolar AS.
Ia pun memprediksi jika hal tersebut terus menerus terjadi maka mungkin terjadi IHSG menurun ke level 7.050 dan rupiah ke level Rp16.200 per USD.