Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu. Foto: dok BTN.
Ade Hapsari Lestarini • 8 November 2024 10:53
Pontianak: PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) memperkuat komitmennya dalam pengembangan pendidikan tinggi melalui penandatanganan kerja sama strategis dengan Universitas Tanjungpura (Untan). Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dan Memorandum of Understanding (MoU) menandai babak baru dalam kolaborasi dekade kedua antara BTN dan Untan.
"Pendidikan merupakan pondasi fundamental pembangunan bangsa. Melalui kerja sama strategis dengan Untan dan berbagai perguruan tinggi terkemuka lainnya, BTN berkomitmen mengakselerasi peningkatan kualitas pendidikan nasional," ungkap Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, dalam keterangan tertulis, Jumat, 8 November 2024.
Implementasi kerja sama mencakup beberapa inovasi strategis, termasuk pengembangan sistem pembayaran Host to Host (H2H) dan juga produk wholesale transaction yaitu Cash Management System (CMS). Terobosan ini dirancang untuk mengoptimalkan pengelolaan keuangan akademik secara efisien dan terstruktur. BTN juga mewujudkan dukungan konkretnya melalui:
- Pengelolaan giro Rumah Sakit Untan.
- Pengelolaan deposito.
- Donasi 23 unit laptop untuk RS Untan.
- Pembiayaan assessment dan Sistem Informasi Manajemen RS Untan.
- Program beasiswa berkelanjutan senilai Rp1 juta per mahasiswa sejak 2021.
Sebagai bagian dari ekspansi jejaring akademiknya, BTN telah menjalin kemitraan strategis dengan enam perguruan tinggi lainnya, termasuk Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Andalas (Unan), Universitas Diponegoro (Undip), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Bina Nusantara (Binus), dan Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Mengembangkan ekosistem kampus
Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Untan Irfani Hendri mengatakan kerja sama dengan BTN akan membantu upaya Untan untuk mengembangkan ekosistem kampus yang akan berbasis teknologi digital dan ekonomi hijau (
ecogreen campus) melalui penataan aset-aset kampus. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing kampus dan kualitas pembelajaran di era revolusi digital.
Untan memiliki delapan kawasan komprehensif yang tengah dikembangkan dalam rangka menjadi kampus digital dan
ecogreen. Kedelapan kawasan tersebut mencakup aspek-aspek yang memenuhi berbagai kebutuhan kampus, yakni terkait pendidikan, kesehatan, pemukiman, olahraga, teknologi digital dan ekonomi kreatif, kuliner, serta eduwisata. Sebagai contoh, optimalisasi gedung perpustakaan sebagai pusat ekonomi kreatif dan literasi digital, serta pengembangan layanan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bahasa sebagai pusat eduwisata internasional.
BTN dan Untan bekerja sama menuju visi Indonesia 2045. Foto: dok BTN
Hingga kini, Untan memiliki 4.000 mahasiswa, 150 ribu alumni, serta 2.000 lebih dosen dan pegawai. Irfani mengatakan, melalui ekosistemnya yang besar, Untan berkomitmen untuk berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung revitalisasi industri nasional, baik komunitas maupun dunia usaha.
"Semoga dengan kehadiran Bapak Nixon selaku Direktur Utama BTN menjadi langkah kolaborasi yang produktif dan sinergi dalam inovasi yang dapat memberikan kemajuan bagi masyarakat dan bangsa," ujar Irfani.
Kinerja keuangan BTN dari sektor pendidikan menunjukkan tren positif yang signifikan, tercermin dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk CASA, giro, dan deposito per Agustus 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. BTN membukukan DPK yang berasal dari institusi sebesar Rp201,2 triliun per Agustus 2024, naik 20,7 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp166,7 triliun.
Pentingnya beradaptasi di era digital
Dalam rangkaian acara tersebut, Nixon juga memberikan kuliah umum yang menekankan urgensi adaptasi generasi muda terhadap transformasi digital serta peningkatan kompetensi SDM dalam menghadapi era kompetisi global. Untuk menjadi digital
talent, kata Nixon, dibutuhkan
growth mindset atau cara berpikir yang berorientasi pada pertumbuhan, senang bereksperimentasi, berkolaborasi, dan terbuka dengan perbedaan.
"Menjadi digital
talent itu pada dasarnya tentang
mindset dan tata kelola. Dengan
growth mindset, orang akan terus belajar dan men-
challenge dirinya sendiri, sehingga mereka akan lebih efisien dan kreatif. Dalam hal digitalisasi, misalnya,
talent yang memiliki
growth mindset akan mempelajari apa inovasi yang disukai dan mudah digunakan orang," ujar Nixon.
Selain
growth mindset, talenta digital juga harus memiliki perilaku yang ditopang oleh
soft skill dan
hard skill yang diperlukan.
"
Soft skill tidak kalah penting dari hard skill atau kemampuan teknis, karena terkadang sisi ini yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai sesuatu. Di antara
soft skill ada berpikir kritis dan kreatif, mampu mengelola orang, mampu berkomunikasi, dan sebagainya. Ini penting untuk bisa beradaptasi di tengah perubahan," kata Nixon.