Pecut Literasi Digital, Proses Pembelajaran Harus Akrab dengan Teknologi

Ilustrasi. Foto: dok Aptika Kominfo.

Pecut Literasi Digital, Proses Pembelajaran Harus Akrab dengan Teknologi

Husen Miftahudin • 15 August 2024 23:21

Lampung Selatan: Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap pendidikan secara signifikan. Guru sebagai fasilitator pembelajaran dituntut untuk mampu mengadopsi teknologi digital dalam proses pembelajaran. Salah satu aspek yang dapat dioptimalkan melalui literasi digital adalah pemberian tugas kepada siswa.
 
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan Pirma Romayansyah mengungkapkan hal tersebut, saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, di Kabupaten Lampung Selatan.
 
Pirma mengatakan, dengan memanfaatkan berbagai alat dan platform digital, guru dapat menciptakan tugas yang lebih menarik, interaktif, dan relevan dengan kebutuhan siswa di era digital.
 
"Dalam konteks pendidikan, literasi digital memungkinkan guru mendesain tugas lebih inovatif, meningkatkan keterlibatan siswa, dan mengembangkan keterampilan abad 21, yakni berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikasi dapat diasah melalui tugas-tugas berbasis digital," jelas Pirma dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 15 Agustus 2024.
 
Adapun tantangan dalam pemberian tugas konvensional, menurut Pirma, antara lain terkendala masalah efisiensi dalam proses pembuatan, distribusi, dan pengumpulan tugas yang memakan waktu cukup lama. Kemudian, cenderung bersifat pasif dan kurang merangsang pemikiran kritis siswa (interaktivitas).
 
"Di samping itu, tak ada umpan balik dan keterbatasan akses. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap sumber daya pembelajaran," tegas dia.
 
Ia menambahkan, contoh penerapan literasi digital dalam pemberian tugas adalah proyek berbasis video, di mana siswa membuat video pendek untuk menjelaskan konsep yang telah dipelajari.
 
"Kemudian, podcast, blog, game edukasi, maupun simulasi," imbuhnya dalam diskusi yang diikuti para pelajar dengan menggelar nonton bareng (nobar).
 

Baca juga: 60% Penduduk Indonesia Gemar Bermain Medsos
 

Hindari perundungan

 
Dari sudut pandang berbeda, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Eko Pamuji menyoroti banyaknya kasus perundungan di dunia maya yang dilakukan remaja. Untuk itu, ia meminta para siswa menjauhkan diri dari bullying atau perundungan, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
 
"Hasil riset polling Indonesia bersama Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2019, menyebut 49 persen pengguna internet Indonesia pernah di-bully. Contoh perundungan di dunia maya, antara lain, memperolok di medsos, ancaman dan pesan teror, atau mengubah foto yang tidak semestinya," rinci Eko.
 
Sementara, menurut dosen Praktisi Bisnis Digital Universitas Jambi Riyanto, era digital menuntut kemampuan literasi digital yang baik, termasuk dalam menyelesaikan tugas. Keamanan digital penting untuk melindungi diri dan informasi pribadi saat beraktivitas online.
 
"Pentingnya keamanan digital dalam menyelesaikan tugas seperti melindungi data pribadi, mencegah gangguan, menghindari plagiarisme, dan menjaga reputasi online," tutup Riyanto.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)