Kebelet Gabung BRICS dan OECD, RI Unjuk Gigi Jadi Negara Middle Power Asia

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Kebelet Gabung BRICS dan OECD, RI Unjuk Gigi Jadi Negara Middle Power Asia

Insi Nantika Jelita • 27 November 2024 12:53

Jakarta: Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sekaligus Co-Founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dewi Fortuna Anwar berpendapat, sebagai negara kekuatan menengah (middle power), Indonesia tengah menunjukkan memiliki peran dalam forum-forum multilateral. Yakni, dengan menjadi anggota aliansi ekonomi Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan (BRICS) dan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
 
BRICS dan OECD merupakan dua kelompok negara yang berbeda dalam latar belakang dan karakteristik anggotanya. Empat negara di Asia Tenggara atau ASEAN yakni Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Thailand telah menjadi negara mitra BRICS, kelompok ekonomi berkembang yang dipandang sebagai penyeimbang negara barat. Sementara, Indonesia menjadi negara ASEAN pertama yang menjadi anggota OECD.
 
"Dengan menjadi anggota BRICS, kemudian juga akan masuk dalam OECD, ini terlihat Indonesia ikut memainkan peran middle power. Serta, ingin merepresentasikan ASEAN di kelompok itu," ungkap Dewi dalam sebuah diskusi di Kantor FPCI, Jakarta, dikutip Rabu, 27 November 2024.


(Ilustrasi. Foto: dok Kemenkeu)
 
Dewi menyebut keputusan yang diambil Presiden Prabowo Subianto dengan Indonesia resmi menjadi negara partner BRICS memiliki berbagai tujuan. Utamanya, membantu mewujudkan program kerja Kabinet Merah Putih antara lain terkait ketahanan pangan dan energi.
 
"Saya kira cukup strategis bagi Indonesia masuk BRICS karena kelompok itu memiliki movement (pergerakan) yang lebih besar dalam hal ekonomi, misalnya," ucap dia.
 

Baca juga: Indonesia Berperan Strategis di Tengah Perubahan Keseimbangan Kekuatan Global
 

Lakukan diplomasi niche

 
Selain itu, Dewi berpandangan dalam peran middle power, Indonesia melakukan diplomasi niche untuk berusaha mencapai posisi kepemimpinan dalam forum-forum multilateral. Diplomasi niche merupakan spesialisasi yang dilakukan berdasarkan satu keunggulan yang ditawarkan.
 
Menurutnya, masing-masing negara yang memiliki kekuatan menengah mempunyai fokus berbeda dalam diplomasi niche dengan negara lain. Ada negara yang fokus bergerak di bidang demokratisasi, pembentukan perdamaian, dan lainnya.
 
"Untuk Indonesia sebenarnya punya kemampuan yang lebih unggul di bidang norma. Kenapa? Karena kita pintar membuat norms and values. Dalam forum-forum ASEAN kita kerap menelurkan norms and codes of conduct dan sebagainya," jelas Dewi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)