Emas Dunia Tertekan Potensi Suku Bunga Tinggi

Harga emas dunia. Foto: Unsplash.

Emas Dunia Tertekan Potensi Suku Bunga Tinggi

Arif Wicaksono • 11 June 2024 09:00

Texas: Harga emas dunia melemah pada pembukaan perdagangan hari ini. Emas dunia tertekan dengan potensi suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama.
 

baca juga: 

Harga Emas Anjlok Usai Laporan NFP Rilis


Emas dunia melemah 0,01 persen atau 0,28 poin ke level USD2.310 per ons pada pembukaan perdagangan Selasa, 11 Juni 2024. Emas dunia sudah naik 17,28 persen dalam setahun.

Menurut Andrew Fischer dari Deu Calion Futures (DCFX), emas diperkirakan akan terus melemah akibat dampak penguatan dolar AS pasca laporan Non-Farm Payrolls (NFP) yang melebihi ekspektasi.

"Penguatan USD ini diprediksi masih akan berlangsung cukup lama, membawa pengaruh signifikan terhadap harga emas," jelas dia.

Laporan terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) menunjukkan pasar tenaga kerja AS tetap kuat dengan penambahan 272 ribu pekerjaan pada bulan Mei, jauh melebihi perkiraan 185 ribu dan angka April sebesar 165 ribu.

The Fed diprediksi pertahankan suku bunga tinggi

Data ini memperkuat spekulasi Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari yang diantisipasi sebelumnya. Peluang untuk pemotongan suku bunga pada September telah turun dari 55 persen menjadi 47 persen, menunjukkan kebijakan moneter ketat akan bertahan.

Penguatan USD ini merupakan faktor utama yang menekan harga emas. Seperti diketahui, emas dan USD memiliki hubungan invers, dengan penguatan USD cenderung menurunkan harga emas.

Andrew Fischer menambahkan, penguatan USD ini mencegah pengaruh buruk dari pemerintahan AS sendiri, meskipun situasi pemerintahan saat ini cenderung semakin buruk karena fenomena dedolarisasi di beberapa negara. Dedolarisasi ini mengurangi perputaran mata uang USD secara global, namun dampak penguatan USD saat ini masih dominan dalam menekan harga emas.

Selain itu, faktor eksternal lainnya yang turut membebani harga emas adalah keputusan Bank Rakyat Tiongkok yang menghentikan pembelian logam emas. Langkah ini semakin menambah tekanan pada harga emas yang sudah berada di level terendah dalam empat minggu terakhir. Berita ini memperpanjang penurunan emas (XAU/USD) yang sudah dimulai sejak sesi Asia pada Jumat, 7 Juni 2024.

Imbal hasil obligasi AS yang meningkat juga mendukung penguatan USD. Imbal hasil obligasi 10 tahun naik 14 basis poin menjadi 4,43 persen, menarik lebih banyak investor untuk beralih ke obligasi AS dibandingkan emas, yang tidak memberikan imbal hasil. Fischer menyoroti tren ini semakin memperkuat tekanan pada harga emas.

Fokus ke inflasi AS

Pelaku pasar kini mengalihkan fokus mereka ke data inflasi AS yang akan dirilis minggu ini serta pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve. Indeks Harga Konsumen (CPI/Consumer Price Index) AS diperkirakan akan tetap stabil.

Namun, jika terjadi percepatan inflasi, ini bisa memicu spekulasi lebih lanjut tentang kebijakan moneter yang lebih ketat dari The Fed, yang berpotensi menekan harga emas lebih lanjut.

"Dengan penguatan USD yang masih berlangsung dan kebijakan The Fed yang diperkirakan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, harga emas diprediksi masih akan melanjutkan penurunan. Kondisi pasar tenaga kerja AS yang kuat dan keputusan Bank Rakyat Tiongkok untuk menghentikan pembelian emas menambah tekanan terhadap harga emas," tegas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)