Ilustrasi. Foto: Freepik
Jakarta: Prediksi harga emas pagi ini menunjukkan tren penurunan yang masih akan berlanjut.
Menurut Andrew Fischer dari Deu Calion Futures (DCFX), emas diperkirakan akan terus melemah akibat dampak penguatan dolar AS pasca laporan Non-Farm Payrolls (NFP) yang melebihi ekspektasi.
"Penguatan USD ini diprediksi masih akan berlangsung cukup lama, membawa pengaruh signifikan terhadap harga emas," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa, 10 Juni 2024.
Laporan terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) menunjukkan pasar tenaga kerja AS tetap kuat dengan penambahan 272 ribu pekerjaan pada Mei, jauh melebihi perkiraan 185 ribu dan angka April sebesar 165 ribu.
Data ini memperkuat spekulasi Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari yang diantisipasi sebelumnya.
Peluang untuk pemotongan suku bunga pada bulan September telah turun dari 55 persen menjadi 47 persen, menunjukkan kebijakan moneter ketat akan bertahan.
Penguatan USD ini merupakan faktor utama yang menekan harga emas. Seperti diketahui, emas dan USD memiliki hubungan
invers, dengan penguatan USD cenderung menurunkan harga emas.
"Penguatan USD ini mencegah pengaruh buruk dari pemerintahan AS sendiri, meskipun situasi pemerintahan saat ini cenderung semakin buruk karena fenomena dedolarisasi di beberapa negara," ujar dia.
Dia menjelaskan, dedolarisasi ini mengurangi perputaran mata uang USD secara global, namun dampak penguatan USD saat ini masih dominan dalam menekan harga emas.
Faktor eksternal yang membebani harga emas
Selain itu, faktor eksternal lainnya yang turut membebani harga emas adalah keputusan Bank Rakyat Tiongkok yang menghentikan pembelian logam emas.
"Langkah ini semakin menambah tekanan pada harga emas yang sudah berada di level terendah dalam empat minggu terakhir," ucap dia.
Pelaku pasar kini mengalihkan fokus mereka ke data inflasi AS yang akan dirilis minggu ini serta pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve. Indeks Harga Konsumen (CPI/Consumer Price Index) AS diperkirakan akan tetap stabil.
Namun, jika terjadi percepatan inflasi, ini bisa memicu spekulasi lebih lanjut tentang kebijakan moneter yang lebih ketat dari The Fed, yang berpotensi menekan harga emas lebih lanjut.
"Dengan penguatan USD yang masih berlangsung dan kebijakan The Fed yang diperkirakan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, harga emas diprediksi masih akan melanjutkan penurunan. Kondisi pasar tenaga kerja AS yang kuat dan keputusan Bank Rakyat Tiongkok untuk menghentikan pembelian emas menambah tekanan terhadap harga emas," tutur dia.